Page 51 - Hadiah Haji dari Masjid Nabawi
P. 51
Saya segera menghampiri beliau, memperkenalkan diri, dan
menyampaikan bahwa saya pernah mengikuti program
BISA, belajar nahwu dan sharaf, serta kuliah BISA sekitar
tahun 2015, sebelum saya bergabung dengan program
Hifzhul Mutun di Masjid Nabawi. Saya juga menjelaskan
permasalahan yang sedang saya alami, berharap mendapat-
kan masukan atau dukungan.
Setelah berbicara dengan beliau, saya keluar dari tempat
check-in dan menuju area tunggu bandara di dekat kantor
petugas. Di sana, saya menemui kedua adik saya, Abu Musa
dan Abu Hafshah, yang dengan sabar menunggu hasil
proses check-in saya. Dengan hati yang berat, saya
menceritakan situasi yang baru saja terjadi. Kemudian, saya
meminta Abu Hafshah untuk menyampaikan kabar ini
kepada ibu kami, yang juga berada di bandara, agar beliau
turut mendoakan kemudahan bagi saya.
Di tengah segala kerumitan ini, saya mencoba menenangkan
hati. Saya pasrahkan seluruhnya kepada Allah, yakin bahwa
segala yang terjadi adalah bagian dari takdir-Nya. Jika Allah
menghendaki saya menunaikan ibadah haji tahun ini, maka
Dia pasti akan membukakan jalan dan mempermudah
urusan saya.
Setiap ujian adalah bagian dari rencana-Nya, dan saya
menyadari bahwa perjalanan ini adalah panggilan istimewa,
sebuah undangan langsung dari Masjid Nabawi. Anugerah
yang luar biasa ini adalah bentuk kasih sayang-Nya yang
juga menguji saya, apakah saya mampu bersyukur atas
nikmat ini atau justru kufur.
46

