Page 256 - hujan
P. 256
Epilog
DI televisi, pemimpin empat negara mengumumkan tentang proyek kapal
raksasa tersebut. Umat manusia akan tetap ber tahan hidup. Tidak di
permukaan, tapi di angkasa luar. Semen tara bagi yang tinggal, telah tiba
masanya untuk benar-benar be kerja sebagai satu umat manusia, menghadapi
masa-masa sulit dengan saling mengutamakan kepentingan bersama.
Penonton di rumah, di asrama, di panti, di kantor, berpegang an tangan
mendengar seruan itu.
Satu bulan kemudian, Esok dan Lail menikah, di tengah terik matahari.
Esok menggenggam erat jemari Lail, berbisik, ” Kita akan me lewati musim
panas bersama-sama. Aku tidak akan pernah me ninggalkanmu lagi.”
Lail mengangguk. Wajahnya terlihat sangat bahagia.
Kutipan yang dibaca Maryam benar. Bukan seberapa lama umat manusia bisa
bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan
mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami.
Elijah yang telah menangani ratusan pasien juga benar. Bukan me lupakan yang
jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia
akan bisa melupakan, hidup baha gia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia
tidak akan pernah bisa melupakan.