Page 253 - hujan
P. 253

membawa kepala Lail persis masuk ke dalam tabung kristal mesin.

                  Elijah menggigit bibir. Sekali lagi menekan tombol.

                  Cahaya biru menyelimuti kepala Lail. Mesin modiJkasi ingat an telah bekerja.
                                                            ***

                ” Buka pintunya, atau aku hancurkan!” Esok berteriak kalap.

                  ” Tuan,  aku  tidak  bisa  melakukannya.”  Tabung  mesin  di  depan  ruangan  kubus
                menolaknya.

                  ”Aku   Soke   Bahtera!    Pemegang     Lisensi   Kelas   A   Sistem   Ke amanan.    Buka

                pintunya!”
                  Esok berhasil melewati meja pendaftaran dengan perintah itu—yang tidak bisa

                dilewati   Maryam     sepanjang    malam.    Tapi   tabung   mesin    terakhir,   di   depan

                ruangan kubus, tidak bisa di tembus.
                  ” Tuan Soke Bahtera, otorisasi yang Tuan pegang bisa mem buka pintu apa pun.

                Tapi aku tetap tidak bisa melakukannya. Protokol lebih tinggi melindungi pasien

                di  dalam  sana.  Terapi  tidak  bisa  dihentikan,  atau  itu  akan  membahayakan  saraf
                otak  pasien.  Seharusnya  Tuan  tahu  sekali  soal  itu.  Dan  sebagai  informasi,  hanya

                dalam    hitungan     detik,   pasien   akan   keluar   dari   ruangan    itu.   Tuan   bisa

                menunggunya.”
                  ”Aku tidak mau menunggu! Aku ingin membatalkan operasi nya!” Esok berseru

                kalap.

                  Pukul   tujuh,   Esok   tiba   di   Pusat   Terapi   Saraf,   memaksa   masuk   ke   dalam

                ruangan    tempat    Lail   berada.   Tabung    mesin   menolak nya.    Di   belakangnya,
                Maryam mengusap wajah, terlihat cemas. Semua ini sungguh di luar dugaannya.

                Bagaimana  jadinya,  jika  Lail  keluar  dari  pintu  ruangan  itu,  dan  dia  sama  sekali
                tidak   mengingat    Esok?   Bagaimana    mungkin     akhir   ceritanya   demikian   setelah

                semua pengorbanan yang dilakukan Lail dan Esok?

                  ” Buka   pintu   itu,   atau   aku   hancurkan!”   Esok   melepas   salah   satu   besi   tiang

                antrean,   mengangkatnya      tinggi-tinggi.   Meng ancam.   Esok   tidak   peduli   jika   itu
                termasuk tindakan serius.

                  Terdengar    suara   mendesing    pelan.   Pintu   itu   akhirnya   terbuka.   Tapi   bukan
   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258