Page 250 - hujan
P. 250
melupa kan.”
Lail terisak di atas sofa hijau. Dia tahu nasihat itu. Maryam per nah
membahasnya. Tapi bagaimana dia akan menerima se mua kenangan
menyakitkan itu?
” Lail, konJrmasi terakhir, apakah kamu akan menghapus se mua kenangan
itu?”
Lail menyeka pipinya. Dia tahu, seluruh kenangan itu seharus nya indah.
Hidupnya dipenuhi hal-hal menakjubkan. Tapi ke napa saat diingat terasa amat
menyakitkan? Membuatnya sesak. Nasihat-nasihat itu mudah dikatakan, tapi
berat dijalani.
Apakah karena dia tidak bisa menerima semuanya? Tidak bisa memeluk erat
seluruh memori itu? Bukankah saat dia mencintai Esok, maka yang paling
berharga justru adalah perasaan cinta itu sendiri? Sesuatu yang mulia di dalam
hatinya. Bukan soal me miliki, buka n tentang bersama Esok.
” Lail, apakah kamu akan menghapus semua benang merah?”
***
Di luar ruangan putih itu, di dekat tabung mesin yang me nahan nya masuk
sepanjang malam, Maryam akhirnya memutuskan menelepon Esok.
Maryam tidak akan membiarkan teman terbaiknya tidak per nah menerima
penjelasan. Biarkan dia yang memintanya kepada Esok, sebelum lima belas
menit lagi kapal itu berangkat. Se belum Esok meninggalkan permukaan bumi.
Kenapa Esok me milih Claudia? Kenapa dia sama sekali tidak menelepon Lail?
Tablet di tangan Maryam segera tersambung ke tablet Esok.
Gambar Esok muncul.
” Halo, Maryam.” Esok terlihat riang.
” Halo, Soke,” Maryam menyapa. Dia sedikit bingung. Dia se pertinya mengenal
latar di belakang Esok. Itu bukan di dalam kapal raksasa.
” Kamu tebak, Maryam. Aku ada di mana?” Esok tersenyum.
Maryam menggeleng.
”Aku ada di stasiun kereta kota kita. Baru saja turun. Apakah Lail ada di sana?”