Page 38 - MODUL FIQIH PPG 2021
P. 38
perbuatan ihsan (baik) yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah (Quraish Shihab,
1988:136). Rasul pernah berhutang kepada seseorang seekor hewan kemudian beliau
bayar dengan hewan yang lebih tua umurnya seraya bersabda:
ِ ِ
هَلي ع تمت ااَ ُْ مكنحَأ ْك ِ يخ نم َّ ناف َ
ُ
َ َ
َ
َْ ْ
(
ْ َ ْ ْ
Artinya: “Sesungguhnya sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik dalam
membayar hutangnya.” (HR. Bukhari Muslim)
Fuqaha membedakan mana tambahan yang termasuk riba atau tindakan terpuji.
Menurut mereka tambahan pembayaran hutang yang termasuk riba jika tambahan
tersebut disyaratkan pada waktu aqad. Artinya seseorang mau memberikan hutang
dengan syarat ada tambahan dalam pengembaliannya. Tindakan ini dinilai tercela
karena ada kezaliman dan pemerasan. Sedangkan tambahan yang terpuji itu tidak
dijanjikan pada waktu aqad. Tambahan itu diberikan oleh orang yang berhutang ketika
ia membayar yang sifatnya tidak mengikat hanya sebagai tanda rasa terima kasih
k e p a d a o r a n g y a n g t e l a h m e m b e r i k a n h u t a n g k e p a d a n y a .
Selain riba nasiah seperti telah dijelaskan, dalam kajian fiqh dikenal juga riba
dalam bentuk lain yang disebut dengan riba fadhal. Menurut Ibnu Qayyum, riba fadhal
ialah riba yang kedudukannya sebagai penunjang keharaman riba nasiah. Dengan kata
lain bahwa riba fadhal diharamkan supaya seseorang tidak melakukan riba nasiah yang
sudah jelas keharamannya. Maka Rasulullah melarang menjual emas dengan emas,
perak dengan perak, gandum dengan gandum, korma dengan korma, kecuali dengan
sama banyak dan secara tunai. Barang siapa yang menambah atau minta tambah,
masuklah ia pada riba. Yang mengambil dan yang memberi sama hukumnya (HR.
Bukhari). Dari pengertian tersebut, fuqaha menyimpulkan bahwa riba fadhal ialah
kelebihan yang terdapat dalam tukar menukar antara benda-benda sejenis, seperti emas
d e n g a n e m a s , p e r a k d e n g a n p e r a k d a n s e b a g a i n y a .
Tentang keharaman riba, sikap semua agama samawi (Islam, Yahudi dan
Nasrani) secara tegas mengharamkan riba karena dianggap sebuah praktek yang dapat
merusak moral. Di dalam kitab perjanjian lama ayat 25 pasal 22 kitab keluaran
sebagaimana dikutip oleh Sayyid Sabiq “jika kamu meminjamkan harta kepada salah
seorang putra bangsaku, janganlah kamu bersikap seperti orang yang menghutangkan,
6