Page 24 - VETNESIA EDISI 30
P. 24

CERITA PENDEK



            Tumbal Tanah                                                        menjadi, manakala Ki Sugeng juga
                                                                                terkena penyakit yang sama.
                                                                                Kepala desa tersebut kini tengah di
            Merah (Bagian 2)                                                    rawat di Rumah Sakit Umum
                                                                                Wonosari.
                                                                                    “Nang … Danang! Cepat sini!”
            Oleh : Drh. Megawaty Iskandar                                       Romo berteriak dari dalam kamar.
                                                                                    "Ada apa, Buk?" Danang
            Penulis adalah kontributor Vetnesia                                 tergopoh­gopoh memasuki bilik
                                                                                orang tuanya.
             Danang membasuh tubuh si                                               "Piye iki, Le? Ibuk belum mau
          sapi jantan dengan spons basah                                        mati!" ratap Ibuk dengan napas
          sehingga rambut­rambutnya makin                                       tersengal. Air mata meleleh dari
          mengilap. Sapi bali dengan bobot                                      matanya yang sudah bengkak.
          sekitar 150 kilogram miliknya                                             Danang bersimpuh di samping
          tampak semakin gagah. Usia sapi                                       tempat tidur ibunya. Di
          ini tak lebih dari satu tahun, tetapi      Sumber : http://g2nursery.com/  seberangnya, Romo hanya duduk
          dengan pakan dan pemeliharaan                                         terdiam, wajahnya berselimut
          yang baik, tubuhnya tumbuh         dilakukan oleh para lelaki di desa.   mendung.
          bongsor. Sayangnya, malam ini      Tubuh si sapi digantung terbalik di    "Ada apa, Romo? Ibuk
          nasib sapi jantan miliknya akan    tiang kayu. Dengan satu sabetan,   kenapa?" Danang meraih tangan
          berakhir sia­sia.                  keris milik Ki Sugeng memisahkan   Ibuk, tetapi dengan segera
             Danang sebetulnya telah                                            ditepisnya.
          berkali­kali meminta Romo agar     kepala hewan malang itu dari           Romo membuang napas
                                             tubuhnya. Tanah yang telah basah
          mengurungkan niatnya untuk         oleh darah, digali sedalam satu    dengan berat. "Ibuk terkena
          menyerahkan sapi ini kepada Ki     meter, lalu kepala sapi dikubur di   penyakit kutukan itu, Nang."
          Sugeng. Namun, Romo bilang dia     sana.                                  Ibuk menyingkap roknya
          tak mungkin menampik permintaan       Di pagi hari setelahnya,        sampai ke lutut. Beberapa benjolan
          kepala desa.                                                          serupa bisul merah kecokelatan
             "Le, mbok sudah, jangan         perempuan desa beramai­ramai       terlihat di betis dan punggung
          diberatin gitu." Ibuk tiba­tiba telah   rewang ke rumah kepala desa   kakinya, satu dua bisul
                                             untuk memasak daging sapi tumbal
          berdiri di samping Danang.         semalam. Tepat sebelum azan        menampakkan darah kehitaman di
          Tangannya mengelus punggung        Zuhur, besek telah habis           pucuknya. Wanita pemilik kunci
          anak lelaki satu­satunya.          dibagikan.                         surga Danang itu pun menangis
             "Buk, bantu bilang sama                                            lebih pilu.
                                                “Makan, Le!” Ibuk
          Romo, jangan sapi ini yang diberi   menyerahkan besek berisi nasi dan     Mata Danang menyipit. Dia
          ke Ki Sugeng. Eman­eman, Buk,      lauk.                              terlihat berpikir keras. Gambar­
          ini bibit unggul." Danang merajuk.    “Aku makan mie instan saja.”    gambar ilustrasi di diktat mata
             "Romomu itu serba salah, Le,    Danang menampik pemberian          kuliah bakteriologi terlintas di
          lha, yang minta itu 'kan kepala    ibunya.                            kepalanya. Seketika wajahnya
          desa. Lagi pula, sapimu itu mati                                      menampakkan kelegaan. “Romo,
          untuk menolong warga, biar tidak      ***                             Ibuk! Ini bukan penyakit kutukan,
          ada lagi yang jadi tumbal." Ibuk      Seminggu telah berlalu sejak    ini Anthraks! Tak salah lagi!” teriak
          menatap teduh ke arah Danang.      upacara persembahan dilakukan.     Danang bagai mendapatkan
             "Ini sudah zaman modern, lho,   Warga semakin resah. Korban        momen eureka.
          Buk. Sakitnya warga dan            meninggal bertambah tiga,              “An–siapa, Nang?” Romo
          meninggalnya Lik Nana juga bisa    semuanya adalah mereka yang        mencondongkan tubuhnya.
          jadi karena penyakit lain.                                                “Bukan siapa­siapa, Romo.
          Memangnya almarhum sempat          ikut melakukan upacara.            Anthraks itu penyakit menular
                                                Sebagian warga lain jatuh
          dibawa ke dokter?"                 sakit. Gejala yang timbul sama:    gara­gara bakteri dari hewan.”
             Ibuk menggeleng. "Dokter juga   demam tinggi, sesak napas, sakit   Mata Danang memancarkan kilau
          tidak akan bisa sembuhkan          perut, muntah dan diare berdarah.   kemenangan. “Sudah kuduga,
          penyakit begitu, Le."              Sebagian warga lain yang tidak     pasti ada penyebab lainnya, bukan
             "Mana tau, Buk?" Danang                                            tumbal­tumbalan.”
          menarik napas panjang. "Nanti ada   sakit tetap tidak tenang, pasalnya    Kabut di wajah Romo seketika
                                             di tangan dan kaki mereka timbul
          yang mau ambil sapinya ke rumah    gatal­gatal luar biasa, yang diikuti   menghilang, demikian pula
          Ki Sugeng," pesan Danang sambil    munculnya bercak­bercak merah      tangisan Ibuk. “Jadi, kamu bisa
          beranjak pergi.                    kehitaman.                         mengobatinya, Le?”
             Malam harinya, upacara             Keresahan di desa semakin           Danang menggeleng. “Buk,
          persembahan tumbal sapi jantan                                        Danang ini paramedik hewan–



                                             Juli 2021     24
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29