Page 37 - E-Modul Revisi_Neat
P. 37
E-Modul Biologi
Perubahan dan Pelestarian Lingkungan 33
Berbasis Literasi Ekologi dan Terintegrasi Kearifan Lokal Ammatoa Kajang
Masyarakat adat amma Toa memiliki kearifan lokal dalam
mengelolah dan melestarikan hutan. Mereka memilki nilai, tradisi,
dan hukum adat yang mengatur kehidupan sosial budaya dan
hubungan dengan alam. Mereka memahami bahwa sumber
daya hutan tidak boleh dieksploitasi, tetapi harus dijadikan
pendamping dalam kehidupan sehari-hari. Adapun hutan
33
adat di kawasan Kajang dibagi menjadi tiga bagian yaitu .
1) Borong karamaka atau hutan keramat yang merupakan
kawasan hutan yang terlarang untuk semua jenis penebangan,
pengukuran luas, penanaman pohon atau kunjungan
terkecuali kegiatan atau acara-acara ritual.
2) Borong batasayya atau hutan perbatasan merupakan
kawasan hutan yang diperbolehkan diambil kayunya
sepanjang persedian kayu masih ada dan seizin dari
Ammatoa.
3) Borong Luara` atau hutan rakyat adalah kawasan hutan yang
dapat dikelola masyarakat, meskipun hutan jenis ini dikuasai
oleh rakyar, tetapi aturan-aturan adat mengenai pengelolahan
hutan ini masih berlaku.
Adapun mengenai sanksi bagi perusak hutan atau
wilayah adat yaitu denda berat (Poko Babbala) denda
12 real atau Rp 12 juta, jika denda tidak dibayarkan maka
akan dilakukan pengusiran. Yang kedua Tangga Babbala
(hukuman sedang) dengan denda Rp 8 juta untuk pemoton-
gan kayu tampa izin di borong batasayah. Yang paling
34
ringan yaitu Cappa Babbala dengan denda Rp 6 juta .
33 Heryati, ‘Konsep Islam Dalam Pasang Ri Kajang Sebagai Suatu Kearifan Lokal Tradisional Dalam Sistem Bermukim’, Jurusan Arsitektur
UNG Gorontalo <https://doi.org/https://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/206>.
34 Arumningtyas, Ramadhani, Andi Alimuddin Unde.

