Page 18 - KATALOG BORNEO METAMORFOSA 3 2024
P. 18
adalah tradisi yang ditafsir ulang dalam keliaran persepsi. Ketika kita mempertanyakan keterkaitan karya
dengan fakta tradisi asli, maka jangan dipaksakan harus sama. Karena fakta tradisi yang mereka rasakan
pasti berbeda dengan yang kamu rasakan, tradisi yang mereka pikirkan akan berbeda dengan yang kamu
pikirkan, dan pengalaman estetik ketika bersentuhan dengan tradisi itu akan selalu berbeda pada setiap
orang. Seniman hanya mengajak kamu untuk menyaksikan wajah tradisi baru dari sudut pandang berbeda
dan harus dicerna dengan pemikiran berbeda dari biasanya.
Sebuah karya seni mutlak beracuan pada nilai estetis, namun bisa saja mempunyai multi tafsir. Artinya kita
jangan mempersempit makna tradisi dalam bingkai karya. Namun karya juga pasti mempunyai konsep yang
jelas sebagai latar belakang kelahirannya. Begitu juga dengan borneo metamorfosa, semua lukisan tentang
tradisi tidak sekonyong-konyong ada dan dimaknai secara membabi buta. Dialah kumpulan warna yang
lahir dari persetubuhan logika, rasa, dan imajinasi. Wajah tradisi dibahasakan ekstra oleh seniman, karena
mereka bukan pelaku sebenarnya. Mereka hanya penyaksi tradisi yang selama ini kehilangan ingatan
tentang tradisi yang berganti wajah dan kehilangan semangat awal kelahirannya. Mereka hanya bisa
melukiskan tradisi dalam bentuk yang semakin kompleks ketika dihadapkan dalam logika modern, lalu
seniman diajak untuk mengisahkan ulang ketika mereka sendiri dalam kebingungan.
Memang hidup ini terlalu naif untuk dicerna. Begitu juga dengan tradisi yang terlalu kompleks untuk
dijabarkan. Sebuah tradisi yang berganti kulit dan cenderung meninggalkan pakem serta menolak aturan.
Namun sejarah peradaban selalu meninggalkan jejak. Sebuah kisah tentang tradisi yang semakin kabur
dalam ingatan semua orang. Sebuah tradisi yang terhimpit dalam hiruk pikuk berbagai konsep
pengembangan, sampai pada bisingnya suara kendaraan yang juga kita sangka tradisi.
Mungkin kita tidak lagi mempunyai tradisi dengan nafas yang sama, semangat yang sama, dan keelokan
yang sama. Mungkin juga kita termasuk orang-orang yang delusi, tidak bisa membedakan kenyataan dan
ilusi dari sebuah tradisi yang dipaksa modern. Kita krisis kepedulian, karena otak kita sudah mencapai
limitasi pemikiran. Saat ini, kita dipaksa mengakui satu tradisi yang tidak kita kenali, tradisi palsu yang
dipaksa lahir dibawah tekanan modernisasi. Itulah satu-satunya tradisi yang kita miliki, limited tradition,
yaitu tradisi yang lahir dari limitasi pemikiran kita sendiri. Kini, tradisi dilahirkan kembali tanpa jati diri.
Pontianak 10 Agustus 2024
Mbah Dinan
16 | Pameran Lukisan Borneo Metamorfosa 3