Page 13 - KATALOG BORNEO METAMORFOSA 3 2024
P. 13
dalam pranata sosial diterjemahkan dalam bunyi, sampai menjadi musik utuh yang dapat menggambarkan
konsep kebudayaan dalam pemikiran mereka.
Jaman dulu setiap musik tradisi mempunyai hubungan dengan
keagungan adat dan tradisi. Banyak musik tradisi lahir sebagai
pernyataan penghormatan, peng-agungan, dan keterhubungan
manusia dengan alam transenden. Walau konsep lahirnya
musik sebagai tradisi terjadi dalam bingkai kesederhanaan,
namun untuk menyatakan keterkaitan hubungan masyarakat
dengan alam leluhur harus melalui berbagai kontemplasi
batiniah. Sampai musik itu lahir dan dipertunjukkan, maka
lahir pula pengakuan dan kesepakatan bahwa musik adalah
kehidupan mereka. Begitu juga dengan musik sape. Segala
refleksi pilihan nada dalam permainan adalah tafsir hubungan
sakral antara manusia dan alamnya, baik itu alam nyata,
maupun alam tak kasat mata. Hebatnya, seniman jaman dulu
tidak memaknai kegaiban dalam hidup sebagai suatu fenomena
khayali, namun memaknai ke-gaib-an itu sebagai bagian
kehidupan mereka. Melalui pandangan ini lahirlah ruang
sakral yang harus dihormati.
Pandangan kesakralan hidup ditengah masyarakat tidak dapat dijabarkan sebatas keanehan atau kejadian
diluar nalar. Kesakralan adalah kehidupan tersendiri yang ada ditengah kehidupan masyarakat tradisional,
tentang dunia leluhur dan makhluk halus yang juga dianggap berpengaruh dalam kehidupan mereka. Baik
buruknya pengaruh itu tergantung bagaimana mereka memandang dan berhubungan dengan alam dan
kekuatan tersebut. Untuk masuk atau terhubung dengan kesakralan itu tidak dapat dibahasakan dengan
bahasa keseharian. Ketika menghubungi dunia transenden tersebut menggunakan bahasa halus atau bahasa
diluar kelaziman namun dipandang indah, baik itu melalui gerak, bunyi, sampai pada bahasa yang tidak
biasa. Dapat kita lihat melalui tradisi Niru, Talima, Dayung (tradisi vokal Dayak Kayaan Mendalapm),
menari sebagai bahasa simbol penyampaian hasrat, dan musik sape sebagai bahasa keagungan. Termasuk
juga baju adat sebagai penghormatan dalam dialektika sosial kesukuan. Semua itu bertujuan sama, yaitu
“penghormatan”.
Habatnya seniman jaman dulu tidak hanya memaknai musik mereka sebagai hiburan belaka. Mereka
memaknai susunan bunyi (musik) sebagai lambang penghormatan kepada alam dengan segala
kesakralannya. Nilai kesakralan ini tidak akan pernah sama diantara budaya satu dengan budaya lainnya.
Pameran Lukisan Borneo Metamorfosa 3 | 11