Page 4 - Latihan Flip book new
P. 4
ternyata kesepakatan itu dilanggar pasukan Inggris dengan menduduki kantor pos besar, pangkalan
angkatan laut di Tanjung Perak, gedung Bank Inferio, dan lokasi penting lainnya. Bahkan pada
tanggal 27 Oktober 1945, pasukan Inggris menyebarkan pamflet menggunakan pesawat tempur,
yang berisi perintah agar rakyat Surabaya dan Jaa Timur menyerahkan senjata yang telah mereka
rampas dari tentara Jepang. Siang hari nya, terjadi kontak senjata pertaman yang dilancarkan oleh
Sekutu dan masyarakat setempat yang kemudian menyebar luas secara cepat dan berubah menjadi
perlawanan merebut kembali lokasi-lokasi yang penting yang telah berhasil dikuasai Sekutu, dan
tepat pada tanggal 28 Oktober 1945, lokasi tersebut kembali menjadi milik bangsa Indonesia.
Desakan yang dilancarkan oleh bangsa Indonesia membuat Sekutu kewalahan, sehingga D.C.
Hawthron, menghubungi Presiden Sukarno dan meminta bantuannya untuk menyelesaikan
pergolakan. Keesokan harinya, pada tanggal 29 Oktober 1945, Sukarno ditemani oleh Moh. Hatta
dan beberapa Menteri mendatangi Surabaya. Disana Sukarno mengumandangkan gencatan senjata
sambil menunggu hasil perundingan antara Indonesia dan Sekutu (Inggris). Walaupun perundingan
atas gencatan senjata telah disepakati, namun kontak senjata tetap digencarkan oleh rakyat
Indonesia, sasaran rakyat pada waktu itu adalah mobil yang di tumpangi oleh Mallaby, sehingga
Mallaby gugur dalam pertempuran di Surabaya tersebut. Atas kematiannya, pasukan Inggris ingin
menggempur rakyat Surabaya dan menuntun untuk menyerah tanpa syarat. Surat tentang kecaman
Sekutu atas kematian Mallaby tiba di tangan Gubernur Soeryo ada tanggal 7 November 1945. Dan
pada tanggal 9 November 1945, Soeryo membalas surat tersebut dan membantah tuduhan atas
kematian Mallaby. Marsergh, sebagai Menteri Sekutu bagi Jawa kemudian membalas surat dengan
isi bahwa Inggris bertekad untuk menuntut balas atas kematian Mallaby, bagian lain surat bahkan
berisi perintah untuk melaporkan pada waktu dan tempat untuk meletakkan tangan mereka diatas
kepala.
Bahkan mereka diminta untuk menandatangai dokumen sebagai tanpa menyerah tanpa syarat.
Batas waktu yang diberikan yaitu hingga 10 November 1945, jika ultimatum tersebut tidak
diindahkan, maka Inggris akan mengarahkan seluruh kekuatan angkatan perangnya untuk
menghancurkan Surabaya.Pukul 22.00, 9 November 1945, Gubernur Soeryo melalui siaran radio
menolak ultimatum Inggris tersebut. Maka pertempuran tidak dapat dielakkan. Kontak senjata
pertama terjadi di Tanjung Perak. Di tempat ini, Sekutu berhasil mengendalikan perlawanan rakyat
Surabaya, namun rakyat Surabaya tidak akan menyerah, bahkan mereka memilih Merdeka atau
Mati. Pertempuran berlangsung, serangan tak henti melalui darat, laut, udara,
Namun ada dua tokoh paling berpengaruh pada waktu itu, yaitu Bung Tomo dan Sukarno.
Bung Tomo (1920-1981) dengan sangat gigih membakar semangat para pemuda dan masyarakat
Surabaya dengan pidato-pidato di radio, sedangkan Sukarno berpidato dengan menggunakan
bahasa Inggris, direkam di Tape Recorder, lalu disiarkan ke seluruh dunia. Melalui Pidato tersebut
Ia melancarkan protes kepada PBB. Sukarno juga mendesak agar Presiden Amerika Serikat, Harry
S. Truman untuk turun tangan menghentikan aksi militer Inggris. Namun, protes tersebut tidak
dihiraukan oleh Amerika Serikat dan PBB.
Peristiwa 10 November ini tidak terlepas dari peran kaum Ulama. Ulama-ulama besar, KH.
Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, serta kyai- kyai pesantren lainnya, misalnya mengarahkan
para santri dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan. Kemudian setelah tiga minggu, TKR,
para pemuda, dan rakyat Surabaya berhasil mempertahankan Surabaya dari pendudukan Inggris.
Kota Surabaya hancur, tetapi hal yang ditunjukkan dalam pertempuran ini adalah semangat serta
sikap pantang mundur para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Maka untuk
memperingati dan mengenang jasa pahlawan pada tanggal 10 November 1945, dibangun Tugu
Pahlawan yang disetiap tahunnya diperingati sebagai hari Pahlawan.
MODUL SEJARAH INDONESIA KD 3.10 DAN 4.10