Page 48 - Legenda Condet
P. 48

salah karena secepat kilat Astawana menghindar. Tubuhnya
            melenting di udara dan mendarat kembali di tanah dengan
            kedua kakinya yang kukuh.
                 Jan  Ament  bertambah  geram.  Ia  merasa  dirinya

            dipermainkan. Lantas, ia memutar posisi kudanya dan
            kembali menyerang pemuda itu dengan pedangnya. Lagi-
            lagi Astawana berkelit sehingga pedang Jan Ament hanya
            menembus angin.

                 “Ternyata, Tuan hanya pandai menebas angin,” ejek
            Astawana memancing emosi orang Belanda itu.
                 Jan Ament bertambah geram kepada pemuda itu. Lalu,
            ia mengayunkan kembali pedangnya ke arah Astawana. Akan

            tetapi, dengan cepat ditebas oleh Astawana. Seketika terjadi
            benturan dua senjata tajam yang menimbulkan percikan api.
            Jan Ament yang tidak kuat menahan benturan itu kehilangan
            keseimbangan tubuh. Ia pun terjungkal dari kudanya sambil

            mengerang.
                 “Tuan masih kuat untuk berkelahi?” tanya Astawana
            sambil tersenyum mengejek.
                 Jan Ament tak menjawab. Ia bangkit berdiri dengan

            penuh dendam di hatinya lalu menebaskan pedangnya
            secara membabi-buta ke arah Astawana. Tentu saja hal itu
            mudah dielakkan. Di mana pun, penyerangan yang membabi
            buta memiliki sejumlah kelemahan yang mudah diterka oleh

            lawan. Astawana paham sekali akan hal itu. Karena itulah,
            secepat kilat ia menghindar sambil memasang kuda-kuda



                                          36
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53