Page 64 - Novel non fiksi-BERHENTI MENJADI HAKIM LAYAR-
P. 64
Dari Interaksi ke Validasi
Awalnya, tombol “like” diciptakan untuk
menyederhanakan interaksi. Tidak semua
orang pandai menulis komentar, maka tombol
itu hadir sebagai simbol apresiasi. Namun
lama-kelamaan, “like” berubah fungsi. Ia bukan
lagi sekadar tanda suka, melainkan ukuran
kepopuleran.
Seseorang yang mendapatkan banyak “like”
dianggap menarik, keren, atau sukses.
Sebaliknya, yang sedikit “like”-nya dianggap
membosankan, tidak penting, bahkan “tidak
laku”. Komentar pun ikut berperan: semakin
banyak komentar positif, semakin tinggi harga
diri; semakin banyak komentar negatif, semakin
hancur perasaan.
Padahal, apakah benar nilai diri manusia bisa
diukur dengan jempol virtual?
Berhenti Menjadi Hakim Layar| 64

