Page 62 - MODUL SUFA REVISI
P. 62

cukup signifikan. Forum sepakat meminta PBB agar secepatnya turun-tangan untuk

               mengatasi  persoalan  antara  Belanda  dan  Indonesia  itu.  Meskipun  Belanda  tetap

               ngotot mempertahankan sikapnya, namun PBB punya pertimbangan tersendiri dan

               terbitlah resolusi tertinggal 28 Januari 1949 yang menguntungkan Indonesai.


                      Resolusi  DK  PBB  tanggal  28  Januari  1949  memuat  beberapa  poin  penting
               untuk mendamaikan  Indonesia dan Belanda. Resolusi yang  paling penting adalah

               Belanda  wajib  menghentikan  semua  aksi  militernya  di  Indonesia.  Sebaiknya,

               Indonesia harus berhenti pula melakukan perlawanan terhadap Belanda. Selain itu,

               DK  PBB  memerintahkan  kepada  Belanda  untuk  membebaskan  semua  tawanan

               politik,  termasuk  para  petinggi  pemerintah  RI,  dan  membebaskan  mereka  dalam
               untuk  kembali  menjalankan  tugasnya.  Poin  penting  ketiga  yang termaktub  dalam

               Resolusi 67 DK PBB adalah dibentuknya United Nations Commission for Indonesia

               (UNCI). Komisi bentukan PBB pengganti KTN ini diberi wewenang yang lebih luas

               untuk  menghasilkan  perdamaian  antara  Belanda  dan  Indonesia.  UNCI  bertugas

               membantu  memperlancar  perundingan,  mengawasi  penyelenggaraan  pemilihan
               umum dan penyusunan Undang-Undang Dasar, juga mendesak Belanda agar segera

               melakukan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia selanbar-lambatnya tanggal 1

               Juli 1949.


                      Meskipun  militer  dihentikan  namun  Belanda  sempat  menolak  sebagagian

               besar  isi  resolus  itu,  terutama  datang  dari  Dr.  Louis  Beel  selaku  pejabat  tertinggi

               Belanda  di  Indonesia  sekaligus  Wakil  Agung  Kerajaan  Belanda.  Inilah  yang
               menyebabkan  terjadinya  Serangan  Umum  1  Maret  1949.  Desakan  dari  dunia

               Internasional  yang  kian  kuat,  dukungan  PBB  untuk  Indonesia,  ditambah  pukulan

               telak  dengan  berkorbannya  Serangan  Umum  1  Maret  1949,  membuat  Belanda

               terpaksa membuka peluang digelarnya perundingan lanjutan, termasuk membahas

               kemungkinan dilakukannya penyerahan kedaulatan. Belanda rupanya tidak berniat
               melawan  dunia  juga  ingin  menghindari  masalah  yang  lebih  pelik  dengan  PBB.

               Maka,  Kerajaan  Belanda  bersedia  menggelar  perundingan  yang  nantinya  dikenal

               dengan  nama  Konferensi  Meja  Bundar  atau  KMB.  Bermula  dari  dukungan  dunia

               internasional  yang  menghasilkan  Resolusi  DK  PBB  hingga  rangkaian  kejadian


                                 E-MODUL PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS INKUIRI  55
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67