Page 60 - MODUL SUFA REVISI
P. 60
B. Agresi kedua Belanda
1. Resolusi PBB
Pada 28 Januari 1949 resolusi PBB yang menghentikan agresi militer Belanda
kurang dari sepekan setelah kemerdekaan RI diproklamirkan Belanda datang lagi
dengan membonceng sekutu dimulailah babak baru dalam sejarah panjang
perjuangan bangsa yakni masa revolusi fisik atau masa mempertahankan
kemerdekaan inilah untuk pertama kalinya rakyat Indonesia benar-benar terlibat
peperangan melawan penjajah dalam satu kesatuan negara bangsa. Rentetan kontak
senjata pun terjadi di berbagai tempat termasuk Jakarta yang membuat ibu kota
negara terpaksa dipindahkan ke Yogyakarta pada awal 1946 perundingan
perundingan telah dilakukan namun justru kerap di respon Belanda dengan
serangan yang lebih besar seperti dua kali agresi militer pada 1947 dan 1948.
Perserikatan bangsa-bangsa PBB pun beberapa kali turun tangan demi
mendamaikan dua pihak yang terus bertikai itu salah satunya melalui resolusi 67
Dewan Keamanan DK tahun silam Untuk menghentikan Agresi Militer Belanda 2.
Setelah turunnya resolusi 67 DK PBB itu polemik belum usai secara tuntas namun
setidaknya inilah pembuka Jalan bagi bangsa Indonesia untuk menunjukkan
eksistensinya karena semakin banyak mendapatkan dukungan dari dunia
internasional. Tanggal 19 Desember 1948 Yogyakarta diserang inilah awal Agresi
Militer Belanda 2 bahkan para petinggi RI ditawan termasuk Soekarno presiden
Moh Hatta wakil presiden Sutan Syahrir mantan Perdana Menteri penasehat
presiden Agus Salim menteri luar negeri Muhammad Roem Menteri pendidikan
Dan lainnya mereka kemudian diasingkan ke luar Jawa.
Beruntung Sebelum menjadi tawanan Belanda presiden Soekarno sempat
mengirimkan surat kuasa kepada Syarifudin prawiranegara untuk membentuk
Pemerintah Darurat Republik Indonesia PDRI di Sumatera Barat Selain itu
ditegaskan pula kepada Dr Sudarsono LN Palar dan A A Maramis yang berada di
New Delhi untuk bersiap membentuk pemerintahan cadangan di India jika PDRI
gagal. Dr Soedarsono Waktu itu adalah wakil tetap RI di New Delhi LN Palar
merupakan perwakilan Indonesia di PBB sementara A Maramis menjabat sebagai
E-MODUL PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS INKUIRI 53