Page 165 - Kewirausahaan - Mashur Razak
P. 165

Urgensi Adversitas Dalam Wirausaha                         153




                    Climbers  menjalani bidupnya secara lengkap.  Untuk
               semua hal yang dikerjakan, benar-benar  dipahami
               tujuannya dan  bisa dirasakan gairahnya.  Climbers
               mengetahui      bagaimana       perasaan     gembira     yang
               sesungguhnya, dan  mengenalinya sebagai anugerah dan
               imbalan atas pendakian yang telah dilakukan. Karena tahu
               bahwa mencapai puncak itu tidak mudah, maka climbers
               tidak pernah melupakan ”kekuatan” dari perjalanan yang
               pernah ditempuhnya. Climbers tahu bahwa banyak imbalan
               datang dalam bentuk manfaat-manfaat jangka panjang, dan
               langkah-langkah kecil sekarang ini akan membawanya pada
               kemajuan-kcmajuan lebih lanjut di kemudian hari. Climbers
               selalu menyambut tantangan-tantangan yang disodorkan
               kepadanya  (Stoltz,  2000).  Climbers  sering merasa  sangat
               yakin pada sesuatu yang lebih  besar daripada dirinya.
               Keyakinan ini membuatnya bertahan manakala gunung
               terasa menakutkan dan sulit ditaklukkan, serta setiap
               harapan untuk maju mendapat tantangan hebat. Climbers
               yakin bahwa segala hal bisa dan akan terlaksana, meskipun
               orang lain bersikap negatif dan sudah memutuskan bahwa
               jalannya tidak mungkin ditempuh. Climbers sangat gigih,
               ulet dan tabah. Terus bekerja keras pada waktu mendaki.
               Saat batu besar menghadang di jalan atau menemui jalan
               buntu,  akan mencari jalan lain. Saat merasa lelah dan
               kaki sudah tidak dapat diayunkan lagi, akan melakukan
               intropeksi diri dan terus bertahan. Kata berhenti tidak
               terdapat dalam  kamus  para  Climber.  Climber  memiliki
               kematangan dan kebijaksanaan untuk memahami bahwa
               kadang-kadang dirinya perlu mundur sejenak supaya
               dapat bergerak maju lagi. Mundur adalah bagian alamiah
               dari  pendakian. Hasilnya,  climbers menempuh  kesulitan-
               kesulitan hidup dengan keberanian dan  disiplin sejati
               (Stoltz, 2000).
   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170