Page 44 - 37 Masalah Populer
P. 44
kurma di tempat yang mereka diami. Pasukan musuh berkata, “Ini kurma Yatsrib (Madinah)”.
Pasukan musuh terus mengikuti jejak pasukan kaum muslimin. Ketika ‘Ashim dan para
sahabatnya merasa bahwa mereka diikuti, mereka pun singgah di suatu tempat. Pasukan musuh
mengelilingi mereka dan berkata, “Turunlah kalian, serahkan diri kalian. Bagian kalian
perjanjian. Kami tidak akan membunuh seorang pun dari kalian”. ‘Ashim bin Tsabit berkata,
“Wahai sahabat, aku tidak akan turun ke dalam perlindungan orang kafir. Ya Allah, beritahukan
nabi-Mu tentang kami”. Pasukan musuh memanah pasukan kaum muslimin, mereka berhasil
membunuh ‘Ashim. Tiga orang turun berdasarkan perjanjian, diantara mereka adalah Khubaib,
Zaid bin ad-Datsinah dan seorang laki-laki. Ketika pasukan musuh dapat menguasai mereka,
pasukan musuh melepaskan tali busur panah mereka dan mengikat pasukan kaum muslimin.
Laki-laki yang ketiga itu berkata, “Demi Allah, inilah tipuan pertama, aku tidak akan bersama
dengan kamu. Sesungguhnya aku suri tauladan bagi mereka”, yang ia maksudkan adalah dalam
hal pembunuhan. Pasukan musuh terus menyeret dan mengajaknya, tapi ia tetap menolak untuk
ikut bersama mereka. Lalu Khubaib dan Zaid bin ad-Datsinah dibawa hingga pasukan musuh
menjual mereka berdua setelah perang Badar. Bani al-Harits bin ‘Amir bin Naufal membeli
Khubaib. Khubaib adalah orang yang membunuh al-Harits bin ‘Amir pada perang Badar.
Khubaib menetap di negeri mereka sebagai tawanan hingga mereka berkumpul untuk
membunuhnya. Khubaib meminjam pisau silet kepada salah seorang perempuan dari anak
perempuan al-Harits, perempuan itu meminjamkannya. Perempuan itu memiliki seorang anak
laki-laki, ketika perempuan itu lengah, anak laki-lakinya datang kepada Khubaib. Perempuan itu
mendapati anak laki-lakinya berada di atas pangkuan Khubaib sedangkan pisau silet berada di
tangan Khubaib. Perempuan itu berkata, “Aku sangat terkejut”. Khubaib menyadari hal itu, ia
berkata, “Apakah engkau khawatir aku membunuhnya? Aku tidak mungkin melakukan itu”.
Perempuan itu berkata, “Demi Allah aku tidak pernah melihat seorang tawanan sebain Khubaib.
Demi Allah, suatu hari aku dapati Khubaib memakan setangkai anggur di tangannya, padahal ia
terikat dengan besi, sedangkan di Makkah tidak ada buah-buahan. Itulah adalah rezeki yang
diberikan Allah Swt kepada Khubaib”.
Ketika pasukan musuh membawa Khubaib keluar untuk dibunuh di tanah halal (luar
tanah haram). Khubab berkata kepada mereka, “Biarkanlah aku melaksanakan shalat dua
rakaat”. Mereka pun membiarkannya. Lalu Khubaib melaksanakan shalat dua rakaat. Khubab
berkata, “Demi Allah, andai kalian tidak menyangka bahwa aku berkeluh-kesah, pastilah aku
tambah (jumlah rakaat)”. Kemudian Khubaib berkata, “Ya Allah, hitunglah jumlah mereka,
bunuhlah mereka segera, jangan sisakan seorang pun dari mereka”. Kemudian Khubaib bersyair:
Aku tidak peduli ketika aku terbunuh sebagai muslim
Di sisi apa pun bagi Allah kematianku
Itu semua pada Tuhan yang satu jika Ia berkehendak
Allah memberikan berkah pada setiap bagian tubuh yang terputus
44