Page 41 - 37 Masalah Populer
P. 41

Tidak ada disebutkan at-Tark (perkara yang ditinggalkan/tidak dilakukan Rasulullah Saw). Maka
               at-Tark tidak termasuk dalil penetapan hukum syar’i.



               Kelima, at-Tark (perkara yang ditinggalkan/tidak dilakukan Rasulullah Saw)


               tidak selamanya mengandung makna larangan, tapi mengandung multi makna.

               Dalam kaedah Ushul Fiqh dinyatakan: [للادتسلاا هب طقس لامتحلإا هلخد  ام نأ]


               Jika  dalil  itu  mengandung  ihtimal  (banyak  kemungkinan/ketidakpastian),  maka  tidak  layak
               dijadikan sebagai dalil.




               Keenam, at-Tark (perkara yang ditinggalkan/tidak dilakukan Rasulullah  Saw),  itu adalah asal.
               Hukum  asalnya  tidak  ada  suatu  perbuatan  pun.  Sedangkan  perbuatan  itu  datang  belakangan.
               Maka at-Tark tidak dapat disebut bisa menetapkan hukum haram. Karena banyak sekali perkara
               mandub (anjuran) dan perkara mubah (boleh) yang tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw. Jika
               dikatakan bahwa semua yang tidak dilakukan Rasulullah  Saw itu mengandung hukum haram,
               maka terhentilah kehidupan kaum muslimin.

               Jalan keluarnya, Rasulullah Saw bersabda,

                ائيش ىسني نكي مل الله ناف هتيفاع الله نم اولبقاف وعع وهف هنع تكس امو مارح وهف مرح امو للاح وهف هباتك يف الله لحأ ام

                                                                                     ايسن كبر ناك امو ةيلآا هذه لات مث

               “Apa yang dihalalkan Allah dalam kitab-Nya, maka itu halal. Apa yang Ia haramkan, maka itu
               haram.  Apa  yang  didiamkan  (tidak  disebutkan),  maka  itu  adalah  kebaikan  Allah.  Maka
               terimalah kebaikan-Nya. Sesungguhnya Allah tidak pernah lupa terhadap sesuatu”. Kemudian
                                                                                                      69
               Rasulullah Saw membacakan ayat, “dan tidaklah Tuhanmu lupa.”. (Qs. Maryam [19]: 64).
               Komentar al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani terhadap hadits ini,


                                            مكاحلا هححصو حلاص هدنس لاقو رازبلا هجرخأ
               Disebutkan  oleh  Imam  al-Bazzar  dalam  kitabnya,  ia  berkata,  “Sanadnya  shalih”.  Dinyatakan
                                          70
               shahih oleh Imam al-Hakim .







                         Lihat selengkapnya dalam kitab Itqan ash-Shun’ah fi Tahqiq Ma’na al-Bid’ah karya Ahli Hadits Maroko
                       69
               Syekh Abdullah bin ash-Shiddiq al-Ghumari.
                       70  Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, op. cit., Juz.XIII, hal.266.
                                                             41
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46