Page 37 - 37 Masalah Populer
P. 37

ةسمخلا ماكحلأا ىلإ مسقنت دقو
               Bid’ah  terkadang  terbagi  ke  dalam  hukum  yang  lima  (wajib,  mandub,  haram,  makruh  dan
                       68
               mubah) .



               Jika Tidak Dilakukan Nabi, Maka Haram. Benarkah?

               Yang selalu dijadikan dalil mendukung argumen ini adalah kaedah:

                                                   م يرحتلا يضتقي كرتلا


               “Perkara yang ditinggalkan/tidak dilakukan Rasulullah Saw, berarti mengandung makna haram”.

                       Tidak  ada  satu  pun    kitab  Ushul  Fiqh  maupun  kitab  Fiqh  memuat  kaedah  seperti  ini.
               Kaedah ini hanya buatan sebagian orang saja.


                       Untuk  menguji  kekuatan  kaedah  ini,  mari  kita  lihat  beberapa contoh  dari  hadits-hadits
               yang  menyebutkan  bahwa  Rasulullah  Saw  tidak  melakukan  suatu  perbuatan,  namun  tidak
               selamanya karena perbuatan itu haram, tapi karena beberapa sebab:

               Pertama, karena kebiasaan. Contoh:

                      َ
                                                        َ َ
                                               ْ
                                                                                              َ
                                           َ
                              َ َ
                دِلاَخ َلاَقف ُهَدَي َكَس ْ مأف    ٌّ بَض ُهَّنِإ ُهَل َليِقف َلُكأَيِل ِهْيَلِإ ى َ وْهأف  ٍ   ِ  ِ َ  ُ  ُْ ِ  َ  ُ      َلاق ِديِل َ و ْ   لا نْب ِدِلاَخ  ْ نَع
                ٌ
                                                          يوْش َ م ٍ  بَضب مَّلَس َ و ِهْيَلَع  َّ اللّ ىَّلَص يبَّنلا يِتأ
                                                                                                    ِ
                                                                                َ
                                                                                    َ
                                                                                                     َ
                                                               َ َ ُ
                                                                          َ َ
                                 ُ رُظْنَي مَّلَس َ و ِهْيَلَع  َّ اللّ ىَّلَص ِ َّ اللّ ُلوُس َ ر َ و ٌدِلاَخ َلَكأف ُهفاَع َ   أ يِنُدجأف يِم ْ وق  ِ ض ْ رأب ُنوُكَي  َ لا ُهَّنِكَل َ و  َ لا َلاق  َ وُه ما َ رَحأ َ
                                          ُ
                                                                         ِ
                                                                                     ِ
                                 َ
                                                                                                         ٌ
               Dari  Khalid  bin  al-Walid,  ia  berkata,  “Rasulullah  Saw  diberi  Dhab  (biawak  Arab)  yang
               dipanggang  untuk  dimakan.  Lalu  dikatakan  kepada  Rasulullah  Saw,  “Ini  adalah  Dhab”.
               Rasulullah Saw menahan tangannya.
               Khalid bertanya, “Apakah Dhab haram?”.
               Rasulullah  Saw  menjawab,  “Tidak,  tapi  karena  Dhab  tidak  ada  di  negeri  kaumku.  Maka  aku
               merasa tidak suka”. Khalid memakan Dhab itu, sedangkan Rasulullah Saw melihatnya”. (HR. al-
               Bukhari dan Muslim).
               Apakah  karena  Rasulullah  Saw  tidak  memakannya  maka  Dhab  menjadi  haram!?  Dhab  tidak
               haram.  Rasulullah  Saw  tidak  memakannya  karena  makan  Dhab  bukan  kebiasaan  di  negeri
               tempat tinggal Rasulullah Saw.

               Kedua, khawatir akan memberatkan ummatnya. Contoh:




                         Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, op. cit., Juz.IV, hal.253.
                       68
                                                             37
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42