Page 17 - JALUR REMPAH
P. 17

Pendahuluan| 3


                          empah-rempah  yang  tumbuh  dan  ditanam  di  Nusantara  selama
                          berabad-abad telah  memikat  dan menjadi daya tarik bagi bangsa-
                 Rbangsa lain untuk datang dan melakukan transaksi jual-beli, barter,
                 hingga menguasai jalur pelayaran dan memonopoli perniagaan rempah-rempah.
                 Berbagai bangsa Asia hingga Eropa sepanjang tahun tak henti-hentinya dengan
                 kapal-kapal layar berukuran besar menuju  perairan  Nusantara menempuh
                 pelayaran bermil-mil jauhnya dari negeri asalnya. Dalam pelayaran menuju
                 Nusantara itu, mereka membawa serta berbagai komoditas utama negerinya
                 seperti kain sutera, tekstil, porselen, besi, budak atau berbagai barang lainnya
                 yang dibutuhkan dan bernilai tinggi di pasaran. Sebaliknya dari Nusantara,
                 mereka mengangkut berbagai barang atau komoditas hasil perkebunan, hutan
                 atau pertanian seperti rempah-rempah,  kayu cendana,  kayu manis,  beras,
                 atau emas untuk dibawa ke negerinya atau dijual kembali di negeri lain dalam
                 perjalanan pulang.

                     Berkembangnya perniagaan antara Kepulauan Maluku dan Banda dengan
                 pelabuhan Gresik, Jepara atau kota-kota di pantai utara Jawa, atau perniagaan
                 antara pantai timur Sumatera  dengan  pelabuhan-pelabuhan di  pantai utara
                 Jawa, Banjarmasin, Makassar, atau dengan Malaka didasarkan atas komoditas
                 rempah-rempah dan ramainya aktivitas ekspor-impor berbagai komoditas di
                 kota-kota  pelabuhan itu. Rempah-rempah dan berbagai komoditas lainnya
                 yang dibutuhkan oleh pasar menjadi persilangan perniagaan antarbangsa di
                 perairan dan  pelabuhan-pelabuhan di  Nusantara. Berbagai  rute pelayaran
                 pun ditempuh, berbagai  pelabuhan juga disinggahi dan dijadikan sebagai
                 tempat bersandar bagi  kapal-kapal mereka untuk mengangkut rempah-
                 rempah dan berbagai komoditas lainnya. Seiring dengan ramainya perniagaan
                 rempah-rempah dan komoditas-komoditas lainnya, kota dan pelabuhan yang
                 menjadi persinggahan kapal-kapal pun tumbuh dan menjadi hunian ataupun
                 persinggahan sementara waktu bagi orang-orang berbagai bangsa. “Kota-kota
                 internasional” yang menjadi titik simpul atau pertemuan berbagai bangsa dapat
                 ditemukan di sejumlah kota-kota pelabuhan di Nusantara, di Gresik, Sumbawa,
                 Bali, Banda, Makassar, Jambi untuk menyebut beberapa contoh, atau kota-kota
                 pelabuhan lain di sepanjang pantai utara Jawa, Sulawesi dan Sumatera.

                     Ramainya aktivitas perniagaan dan pelayaran di Nusantara sepanjang abad
                 ke-10 hingga ke-16 tidak hanya menghidupkan berbagai kota dan pelabuhan
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22