Page 16 - Buletin Bulan Oktober
P. 16

“owalah  ini  to  yang  dimaksud  jangan  telo”
    Tibalah  kami  di  tegalnya  simbah,  memetik  daun
    singkong       sambil      membicarakan         rencana      Kakak fasilitator terheran-heran. Belum pernah
    pengolahannya.  Beberapa  kali  kami  memperkirakan          membayangkan        singkong     bisa    dimasak

    banyaknya  daun  singkong  yang  hendak  kami  petik,        sedemikian.  Enak  sekaliii  rasanya.  Daun
    supaya bisa dimakan 10 orang. Ketika daun singkong           singkongnya  kami  padukan  dengan  sambel
    dan umbi singkong sudah kami dapatkan, bergegas              orek. Jadi yang kami olah dan nikmati sersama
    kami  pulang  ke  rumah.  Di  dapur  rumah  Rara  kami       adalah  Nasi,  daun  singkong,  sambel  orek  ,

    bekerjasama  mengupas  singkong,  mencuci  daun              jangan  telo  dengan  kuah  panas  dan  nikmat
    singkong,     mengolah      bumbu.     Sempat      kami      kami  habiskan  bersama-sama.  Wahh  nikmat
    kebingungan.  “Jangan  telo  pakai  minyak  tidak  ya?       sekali rasanya.
    Bumbunya  di  goreng  dulu  atau  tidak?”  Kakak

    fasilitator belum pernah membuat jangan telo. Rara
    dan Asa ternyata sedikit bingung. Berlari ke belakang
    rumah  dan  bertanya  kepada  orang  tuanya  “mak,
    jangan telo pakai minya tidk ya, bumbunya harus d

    goreng  tidak?”.  Kami  mendengar  Rara  bertanya
    keras-keras dan bersemangat kepada ibunya ibunya
    kepala chef saja.
    Ternyata  yang  harus  kami  lakukan  adalah

    membersihkan  semua  bumbu,  menggiling  bawang
    merah,  bawang  putih,  merica,  tumbar,  lalu
    merebusnya bersamaan dengan telo, menambahkan
    santan  ketika  air  sudah  mendidih,  garam  sesuai
    selera.





                                                                Sembari  menunggu  makanan  kami  dicerna
                                                                dengan baik, tiba-tiba Diena menyodorkan satu

                                                                hewan menggelikan ke arah fasilitator. Karena
                                                                kakak  fasilitator  nampaknya  takut,  maka  Alin
                                                                nyeletuk:  “mbak  takut?  Itu  namanya  Ampal.
                                                                Bapak-bapak  kami  sering  makan  Ampal,
                                                                biasanya  di  rebus".  Karena  kakak  Fasilitator

                                                                terheran-heran maka Asa menambahkan “enak
                                                                loh”
                                                                Wow, jangan-jangan saya tinggal di dunia lain

                                                                selama  ini.  Bagiamana  banyak  hal  saya  tidak
                                                                tahu?  (Hiperbola).  Belajar  dari  anak-anak
                                                                ternyata lebih menyenangkan (Kak Dore)
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21