Page 37 - MODUL REDOKS BERBASIS KEARIN LOKAL
P. 37
Sejarah Pande besi
Istilah Pande sudah dikenal sebagai orang yang terampil membuat berbagai
macam benda besi. Keahlian dan keterampilan turun-temurun dari generasi- ke
generasi yang membuat profesi ini bertahan hingga sekarang.
Sumber: herri-solo.blogspot.com
Gambar 9. Pande Besi
Beberapa desa di Jawa Tengah seperti Tanggung dan Kedok dikenal sebagai
asal pandai besi sedari abad ke-8. Mereka mengolah bijih besi yang terdapat di
dekat tempat tinggalnya, terutama wilayah perbukitan. Dari sini terbentuk jejala
industri besi rumah tangga. Di pasar, mereka menjual karyanya berupa pisau,
parut, loyang, cetakan kue, dan alat-alat pertanian.
Waktu itu, masyarakat Jawa menempatkan pandai besi pada posisi unik.
Ada yang menganggap keahlian mereka tak lebih dari tukang sehingga status
dan kelas sosialnya rendah. “Dalam beberapa naskah kesusastraan seperti
Slokantara (abad ke-14) dan Agama Adigama, kelompok pandai dimasukkan ke
dalam kelompok candala, yaitu kelompok masyarakat yang kedudukannya
paling rendah.
Naskah Tantri Kamandaka, yang ceritanya diabadikan dalam relief Candi
Jago (abad ke-13) di Malang Jawa Timur, memuat hal-ihwal musabab masuknya
pandai besi ke kelompok candala. Mulanya, seorang pandai besi terlibat
pencurian. Seorang brahmana lalu menolongnya. Namun pandai besi itu
bukannya berterimakasih, malah menimpakan tuduhan pencurian ke brahmana.
Raja marah dan menghukum brahmana ke penjara. Beberapa lama, barulah raja
tahu kisah sebenarnya. Brahmana dibebaskan dan pandai besi dijatuhi hukuman
mati.
Di sisi lain, pandai besi memiliki kedudukan penting dalam masyarakat. Hal
tersebut dilihat dari sebutan mereka yaitu, ‘mpu’. Gelar ini tak mungkin
disematkan jika mereka hanya menjadi kelompok rendahan. Logam, khasnya
besi, kerapkali dipandang sebagai simbol keteguhan dan kekuatan. Untuk
mengolah besi, seseorang tak cukup hanya mempunyai keahlian kasar, tapi juga
kehalusan batin agar besi tertempa sempurna. Tak heran, sebagian masyarakat
kala itu menilai pandai besi menyimpan aura suci (www.dewisundari.com).
30