Page 16 - MONITORING ISU 28 Mar - 3 April 2022
P. 16
Isu 1
DPR Kembali Minta BPKP
Audit Distribusi
Minyak Goreng
Kronologis 1
(26/3) - Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade mengatakan "Saya
mengusulkan selain untuk audit harga pokok produksi (HPP) minyak
goreng dengan melibatkan BPKP, saya usulkan kita meminta
Kementerian Perdagangan mengaudit investigasi rantai distribusi
(minyak goreng) ini dengan BPKP. Kita harus tahu dimana miss-nya ini".
Hal ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, di Gedung DPR RI. Ia
juga meminta kepada Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag
agar melakukan pengawalan dan pengawasan yang ketat dalam rangka
pelaksanaan pengendalian distribusi dan stabilisasi harga minyak
goreng curah dengan HET.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Mohamad Hekal mengatakan sudah
seharusnya Indonesia sebagai produsen crude palm oil (CPO) terbesar
di dunia tidak mengalami kelangkaan dan ketidakstabilan harga minyak
goreng. Ia berharap agar kasus ini segera diusut tuntas dan pemerintah
bisa segera melakukan tugasnya dengan baik, agar tidak ada lagi
kesusahan yang dialami oleh rakyat, apalagi mengingat minyak goreng
adalah kebutuhan harian rakyat.
Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendagri Oke Nurwan
mengatakan ada potensi kelangkaan pasokan minyak goreng curah
dengan HET yg telah ditetapkan pemerintah, sehingga mereka akan
mengawasi agar hal itu tidak terjadi.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan bahwa
melawan mekanisme pasar dalam perdagangan minyak goreng
merupakan hal yg berat. Pelaksanaan DMO bagi pengusaha kelapa
sawit dan turunannya hingga HET minyak goreng kemasan tidak sesuai
harapan.
(31/3) - Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade menilai Kementerian
Perdagangan justru kalah tegas dengan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) dalam membongkar pelaku kartel dan mafia minyak
goreng. Saat ini, Tim Investigasi KPPU telah menemukan satu alat bukti
dalam proses penegakan hukum terkait penjualan atau distribusi minyak
goreng nasional, dan menyebutkan ada 8 pelaku usaha besar yang
merupakan produsen, diduga melakukan praktik kartel minyak goreng.