Page 22 - Bahan Ajar Informatika Kelas 9 Semester Genap TA 2024-2025
P. 22
menyalahgunakan informasi pribadi. Namun, proses pemfilteran harus dilakukan dengan hati-hati karena
filter yang terlalu ketat dapat mengategorikan situs aman sebagai berisiko, mirip dengan mekanisme filter
spam pada surel. Kesalahan dalam penandaan dapat merusak hubungan bisnis dan mengakibatkan gugatan,
sehingga penting untuk merancang sistem penilaian dengan hati-hati.
Dengan meningkatnya kejahatan internet seperti phishing dan pharming, banyak institusi bisnis dan
keuangan, seperti bank, meningkatkan keamanan situs web mereka. Mereka menggunakan teknik autentikasi
untuk memastikan bahwa pelanggan mengakses situs yang otentik sebelum memasukkan kata sandi atau
informasi sensitif lainnya. Contohnya, saat membuat akun, pelanggan diminta mengunggah gambar digital
atau memilih dari gambar yang ada. Ketika pelanggan mengakses situs kembali, sistem akan menampilkan
gambar tersebut sebelum proses login, sehingga situs dapat mengotentikasi dirinya kepada pelanggan
sebelum pelanggan melakukan otentikasi diri.
b. Otentikasi Pengguna
Otentikasi pengguna, yang umumnya menggunakan username dan password, sangat penting untuk
menjaga keamanan data sensitif. Namun, banyak kejahatan yang memanfaatkan otentikasi ini, seperti
peretasan akun pialang online di Amerika yang memungkinkan peretas membeli saham secara ilegal, serta
penyalahgunaan PIN ATM di Indonesia. Contoh lain adalah serangan phishing yang berhasil mendapatkan
ribuan username dan password dari pengguna online banking di Indonesia.
Hal ini mendorong institusi keuangan untuk mengembangkan prosedur otentikasi yang lebih baik.
Meskipun peretas dapat menggunakan informasi curian, institusi diharapkan dapat membedakan pemilik
akun asli dari yang palsu. Metode otentikasi modern meliputi penggunaan biometrik seperti sidik jari, suara,
dan wajah, serta pertanyaan keamanan yang bersifat pribadi. Beberapa situs juga mencatat perangkat yang
biasa digunakan pelanggan untuk login dan meminta informasi tambahan jika ada akses dari perangkat yang
berbeda. Selain itu, kemajuan dalam kecerdasan buatan memungkinkan perangkat lunak otentikasi untuk
mengevaluasi risiko kepalsuan berdasarkan berbagai faktor, termasuk waktu login, jenis browser, perilaku
transaksi, dan lokasi geografis pengguna.
c. Biometrik
Biometrik adalah karakteristik biologis unik yang digunakan untuk identifikasi individu, termasuk sidik
jari, suara, wajah, geometri tangan, pola mata, dan DNA. Teknologi biometrik kini menjadi industri bernilai
miliaran dolar dengan aplikasi yang bermanfaat, memberikan kenyamanan dan keamanan. Penggunaan
biometrik untuk otentikasi telah meluas, memungkinkan akses ke smartphone, tablet, dan pintu dengan
pemindai sidik jari, mengurangi ketergantungan pada kata sandi dan kunci fisik. Bandara menggunakan
sistem identifikasi sidik jari untuk keamanan, sementara di pabrik, pekerja menggunakan scan sidik jari untuk
presensi. Sekolah di Indonesia juga mulai menerapkan teknologi ini untuk kehadiran.
Namun, peretas berusaha mencari celah dalam keamanan biometrik, seperti menggunakan sidik jari
palsu atau mayat. Meski demikian, teknologi biometrik terus berkembang. Pemindai sidik jari sekarang dapat
mendeteksi sidik jari subdermal yang lebih halus, dan pemindaian iris serta retina semakin canggih dan sulit
dipalsukan. Pemindaian retina, yang menganalisis pola pembuluh darah, dianggap hampir tidak mungkin
dipalsukan dan cepat memudar setelah kematian, sehingga menawarkan tingkat keamanan yang tinggi.
d. Otentikasi Multifaktor
Otentikasi pengguna dengan menggunakan kata sandi dan pemindaian biometrik, saat ini cukup
memadai. Namun, dengan banyaknya usaha untuk meretas, muncul otentikasi dengan metode lain. Metode
lain tersebut disebut otentikasi multifaktor. Pada teknologi otentikasi, terdapat tiga kategori teknologi, yaitu
seperti berikut.
1. Sesuatu yang diketahui oleh pengguna, misalnya kata sandi, PIN, atau frase kunci rahasia.
2. Sesuatu tentang diri pengguna, seperti: suara, sidik jari, atau pemindaian retina.
3. Sesuatu yang dimiliki pengguna, misalnya kartu (kartu masuk, debit, kredit), ponsel cerdas, pin generator
(seperti key BCA, token Mandiri), atau fob
Metode otentikasi multifaktor menggunakan setidaknya memiliki dua item dari kategori berbeda. Beberapa
contohnya seperti berikut.
a. Otentikasi menggeser kartu debit (3) dan memasukkan PIN (1)
b. Memasukkan kata sandi (1), kemudian mengetik kode khusus situs web yang dikirim ke ponsel (3).
c. Berbicara (2) dan frasa kunci rahasia (1).
d. Menggunakan sidik jari (2) dan kode khusus dari fob (3).
Memasukkan kata sandi dan PIN tidak akan menjadi otentikasi multifaktor karena kedua item berada dalam
satu kesatuan kategori.
22 INFORMATIKA KELAS IX SEMESTER GENAP