Page 119 - SEJARAH NASIONAL INDONESIA KELAS XI SEMESTER 1
P. 119

3.   Perang Padri

                       Perang Padri terjadi di tanah Minangkabau,  Sumatera Barat pada tahun
                       1821–1837. Perang ini digerakkan oleh para pembaru Islam. Mengapa dan
                       bagaimana Perang Padri itu terjadi?

                       Perang Padri sebenarnya merupakan perlawanan kaum Padri terhadap
                       dominasi  pemerintahan  Hindia Belanda di Sumatera Barat. Perang ini
                       bermula adanya pertentangan antara kaum Padri dengan kaum Adat dalam
                       masalah praktik keagamaan. Pertentangan itu dimanfaatkan sebagai pintu
                       masuk bagi Belanda untuk campur tangan dalam urusan Minangkabau. Perlu
                       dipahami sekalipun masyarakat Minangkabau sudah memeluk agama Islam,
                       tetapi sebagian masyarakat  masih memegang teguh  adat dan kebiasaan
                       yang kadang-kadang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

                       Pada akhir abad ke-18 telah datang  seorang  ulama dari kampung  Kota
                       Tua di daratan Agam. Karena berasal dari kampung Kota Tua maka ulama
                       itu  terkenal  dengan  nama Tuanku  Kota Tua. Tuanku  Kota Tua ini  mulai
                       mengajarkan pembaruan-pembaruan  dan praktik agama  Islam. Dengan
                       melihat realitas kebiasaan masyarakat, Tuanku Kota Tua menyatakan bahwa
                       masyarakat Minangkabau sudah begitu jauh menyimpang dari ajaran Islam.
                       Ia menunjukkan bagaimana seharusnya masyarakat itu hidup sesuai dengan
                       Alquran dan Sunah Nabi. Di antara murid dari Tuanku Kota Tua ini yang
                       bernama Tuanku Nan Renceh.  Kemudian pada tahun 1803 datanglah
                       tiga orang ulama yang baru saja pulang haji dari tanah suci Mekah, yakni:
                       Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piabang. Mereka melanjutkan gerakan
                       pembaruan atau pemurnian pelaksanaan ajaran Islam seperti yang pernah
                       dilakukan  oleh  Tuanku  Kota Tua. Orang-orang  yang melakukan  gerakan
                       pemurnian  ajaran Islam  di Minangkabau  itu sering  dikenal  dengan  kaum
                       Padri.

                       Mengenai sebutan Padri ini sesuai dengan sebutan orang Padir di Aceh. Padir
                       itu tempat  persinggahan para  jamaah haji. Orang Belanda menyebutnya
                       dengan Padri yang dapat dikaitkan dengan kata padre dari bahasa Portugis
                       untuk menunjuk orang-orang Islam yang berpakaian putih. Sementara kaum
                       Adat di Sumatera Barat memakai pakaian hitam.












                                                                                          111
                                                                             Sejarah Indonesia
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124