Page 121 - SEJARAH NASIONAL INDONESIA KELAS XI SEMESTER 1
P. 121

» Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan sebenarnya apa saja
                            yang memicu meletusnya Perang Padri di Sumatera Barat itu?
                            Coba rumuskan dengan bahasamu sendiri

                       Perang Padri di Sumatera Barat ini dapat dibagi dalam tiga fase.


                       a) Fase Pertama (1821-1825)

                       Pada fase pertama, kaum Padri menyerang pos-pos dan pencegatan
                       terhadap patroli-patroli Belanda. Bulan September 1821 pos-pos Simawang
                       menjadi sasaran serbuan kaum  Padri.  Begitu pula dengan pos-pos lain
                       seperti Soli Air, dan Sipinang. Kemudian Tuanku Pasaman menggerakkan
                       sekitar 20.000  sampai  25.000  pasukan  untuk  mengadakan serangan  di
                       sekitar hutan di sebelah timur gunung. Pasukan Padri menggunakan senjata-
                       senjata tradisional, seperti tombak dan parang. Sedangkan Belanda dengan
                       kekuatan 200 orang serdadu Eropa ditambah sekitar 10.000 pasukan orang
                       pribumi termasuk juga kaum Adat. Belanda menggunakan senjata-senjata
                       lebih modern seperti meriam dan senjata api lainnya. Pertempuran ini
                       memakan banyak korban. Di pihak Tuanku Pasaman kehilangan 350 orang
                       prajurit, termasuk putra Tuanku Pasaman. Begitu juga Belanda tidak sedikit
                       kehilangan pasukannya. Tuanku Pasaman dengan sisa pasukannya kemudian
                       mengundurkan diri ke Lintau. Sementara itu, pasukan Belanda setelah berhasil
                       menguasai seluruh lembah Tanah Datar, kemudian mendirikan benteng di
                       Batusangkar yang kelak terkenal dengan sebutan Fort Van der Capellen.

                       Perlawanan kaum  Padri muncul di berbagai tempat.  Tuanku Pasaman
                       memusatkan perjuangannya di Lintau dan Tuanku Nan Renceh memimpin
                       pasukannya di sekitar Baso. Pasukan Tuanku Nan Renceh harus menghadapi
                       pasukan Belanda di bawah pimpinan Kapten Goffinet. Periode tahun 1821
                       - 1825, serangan-serangan  kaum Padri memang meluas di seluruh  tanah
                       Minangkabau. Bulan September 1822 kaum Padri berhasil mengusir Belanda
                       dari Sungai Puar, Guguk Sigandang, dan Tajong Alam. Menyusul kemudian
                       di Bonio kaum Padri harus menghadapi menghadapi pasukan PH. Marinus.
                       Pada tahun 1823 pasukan Padri berhasil mengalahkan tentara Belanda di
                       Kapau.  Kesatuan kaum Padri yang terkenal berpusat di Bonjol. Pemimpin
                       mereka adalah Peto Syarif. Peto Syarif inilah yang dalam sejarah Perang Padri
                       dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol. Ia sangat gigih memimpin kaum Padri
                       untuk melawan kekejaman dan keserakahan Belanda di tanah Minangkabau.







                                                                                          113
                                                                             Sejarah Indonesia
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126