Page 122 - SEJARAH NASIONAL INDONESIA KELAS XI SEMESTER 1
P. 122

Belanda merasa kewalahan dalam melawan kaum Padri, sehingga mengambil
                 strategi damai. Oleh karena itu, pada tanggal 26 Januari 1824 tercapailah
                 perundingan damai antara Belanda dengan kaum Padri di wilayah Alahan
                 Panjang. Perundingan ini dikenal dengan Perjanjian Masang. Tuanku Imam
                 Bonjol  tidak keberatan dengan adanya perjanjian  damai tersebut. Akan
                 tetapi, Belanda justru memanfaatkan perdamaian tersebut untuk menduduki
                 daerah-daerah lain. Kemudian Belanda juga memaksa Tuanku Mensiangan
                 dari Kota Lawas untuk berunding,  tetapi ditolak. Tuanku Mensiangan
                 justru melakukan perlawanan.  Tetapi Belanda lebih  kuat  bahkan pusat
                 pertahanannya kemudian dibakar dan Tuanku Mensiangan ditangkap.
                 Tindakan Belanda itu telah menimbulkan amarah kaum Padri Alahan Panjang
                 dan menyatakan pembatalan kesepakatan dalam Perjanjian Masang. Tuanku
                 Imam Bonjol  menggelorakan  kembali semangat untuk melawan Belanda.
                 Dengan  demikian,  perlawanan  kaum Padri masih  terus berlangsung  di
                 berbagai tempat.


                 b) Fase Kedua (1825-1830)

                 Coba ingat-ingat  angka tahun  1825-1830  itu. Kira-kira terkait dengan
                 peristiwa apa pada angka tahun tersebut? Peristiwa itu jelas di luar Sumatera
                 Barat. Tahun  itu merupakan  tahun  yang sangat  penting, sehingga  bagi
                 Belanda digunakan sebagai bagian strategi dalam menghadapi perlawanan
                 kaum Padri di Sumatera Barat. Bagi Belanda tahun itu digunakan untuk sedikit
                 mengendorkan ofensifnya dalam Perang Padri.  Upaya  damai diusahakan
                 sekuat tenaga. Oleh karena itu, Kolonel De Stuers yang merupakan penguasa
                 sipil  dan militer  di Sumatera Barat berusaha  mengadakan kontak dengan
                 tokoh-tokoh kaum Padri untuk menghentikan perang dan sebaliknya perlu
                 mengadakan perjanjian  damai. Kaum Padri tidak begitu menghiraukan
                 ajakan damai dari Belanda, karena Belanda sudah biasa bersikap licik. Belanda
                 kemudian minta bantuan kepada seorang saudagar keturunan Arab yang
                 bernama Sulaiman Aljufri untuk mendekati dan membujuk para pemuka
                 kaum Padri agar dapat diajak berdamai. Sulaiman Aljufri menemui Tuanku
                 Imam Bonjol agar bersedia berdamai dengan Belanda. Tuanku Imam Bonjol
                 menolak. Kemudian menemui Tuanku Lintau ternyata  merespon ajakan
                 damai itu. Hal ini juga didukung Tuanku Nan Renceh. Itulah sebabnya pada
                 tanggal 15 November 1825 ditandatangani Perjanjian Padang. Isi Perjanjian
                 Padang itu antara lain sebagai berikut:
                 1)    Belanda mengakui kekuasaan pemimpin  Padri di Batusangkar,
                       Saruaso, Padang Guguk Sigandang, Agam, Bukittinggi dan menjamin
                       pelaksanaan sistem agama di daerahnya.
                 2)    Kedua belah pihak tidak akan saling menyerang.



                 114    Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK                                   Semester 1
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127