Page 153 - GARIS WAKTU
P. 153

pura  menyapa  balik,  berpura-pura  kuat,  berpura-pura.
            Bagiku,  aktingmu  buruk.  Mata  lebam  itu  tidak  bisa
            menyembunyikan  seseorang  yang  menggaruk  hatinya
            sendiri  dengan  pisau.  Hingga  akhirnya  kau  lelah  dan
            kembali  duduk  termangu.  Keramaian  menjadi  kuburan
            untukmu:  tempat  kau  memakamkan  kenangan  yang
            berulang  kali  datang  untuk  menghantuimu.


                Kau senang  bermain-main  dengan  luka: mengoreknya
            tepat  kala  ia  beranjak  kering,  membiarkannya  kembali
            basah,  lalu  kau  nikmati  sakitnya.  Kadang  dengan  sisa
            wewangian,  kadang  dengan  lagu,  kadang  dengan  pesan-
            pesan  yang  belum  sempat  kau  hapus.  Apa  saja  bisa
            menjadi  mesin  waktumu.  Kembali  pada  masa-masa  itu,
            kemudian  menyesal  sejadi-jadinya.  Kepalamu  dipenuhi
            dengan  “kenapa”  dan  “andai  saja”.  Cinta  selalu  menjadi
            obat,  dan  selayaknya  obat,  kau  telah  over-dosis  karena

            mengonsumsinya  secara  berlebihan.  Bukankah  semua
            pertemuan   akan   menemui   perpisahannya   masing-
            masing?

                Selamat.  Patah  hati  adalah  risiko  yang  harus  kau
            tempuh.










      148
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158