Page 34 - FLIPBOOK Psikotropika
P. 34
Wacana 1.
Bahaya Konsumsi Obat Psikotropika Tanpa Pantauan Dokter
Penyalahgunaan obat-obatan yang menimbulkan efek ketergantungan seperti
psikotropika dan narkotika masih marak terjadi. Padahal, bahaya penyalahgunaan obat
golongan tersebut bisa menyebabkan kecanduan, overdosis, hingga kematian. Sebenarnya,
apakah yang dirasakan tubuh saat minum obat golongan psikotropika?
Tingkat pengetahuan dan pemahaman yang rendah sering kali membuat seseorang
berpikir bahwa obat-obatan seperti psikotropika merupakan jalan keluar dalam menghadapi
segala permasalahan dalam hidup. “Banyak orang yang berpikir bahwa dengan meminum obat
psikotropika badan menjadi tenang dan rileks, mungkin itu yang membuat penyalahgunaan
obat masih terjadi. Padahal, obat seperti itu hanya bisa digunakan dengan pantauan dokter,"
Lebih lanjut, dia menjelaskan, obat psikotropika memiliki efek sedativa dengan menenangkan
saraf. Beberapa golongan psikotropika digunakan untuk pasien yang memang membutuhkan,
seperti pasien insomnia. "Penggunaan obat psikotropika pada pasien insomnia pun harus
dengan resep dan pemantauan dokter. Biasanya saat gejala insomnia berkurang, obat akan
dikurangi dosisnya dan dihentikan saat sudah sembuh," lanjutnya.
Tanpa pantauan dokter, penyalahgunaan obat golongan psikotropika dapat berujung fatal.
Misalnya, memengaruhi saraf, mental, dan perilaku, serta efek yang tidak diinginkan lainnya.
Salah satu dampak dari penyalahgunaan obat psikotropika tampak pada kasus yang menimpa
anak-anak di Sulawesi Tenggara. Puluhan anak mengamuk setelah meminum obat dengan
bungkusan bertuliskan PCC. Obat tersebut diduga mengandung carisoprodol, yaitu obat
relaksan otot yang memiliki efek samping dapat memengaruhi pikiran dan perbuatan
seseorang.
Wacana 2.
Para Dokter Sesalkan Maraknya Penyalahgunaan Obat Psikotropika
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran jiwa
Indonesia (PDSKJI) menyesalkan maraknya penyalahgunaan obat-obatan psikotropika,
mengingat obat-obatan tersebut termasuk dalam obat-obatan yang wajib diperoleh
menggunakan resep dokter. Obat-obatan jenis psikotropika (juga narkotika) memiliki sifat
adiktif. Bila tidak dikendalikan bisa disalahgunakan. Obat yang dapat dibeli langsung oleh
masyarakat disebut sebagai obat bebas atau obat bebas terbatas yang memiliki tanda khusus
pada kemasannya, yaitu lingkaran hijau dengan tepi hitam dan lingkaran biru dengan tepi
hitam. Golongan obat bebas terbatas ini tetap harus dibeli di apotek lewat apoteker.
Mengenai obat-obatan yang dapat diserahkan tanpa resep telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 919 tahun 1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa
Resep. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek disebutkan definisi resep yaitu permintaan tertulis dari dokter atau
dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik, untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Penekanannya adalah resep
dibuat oleh dokter ditujukan kepada apoteker.
28