Page 52 - BUKHO GPI PAPUA (EDISI MARET - MEI 2024) - Ipen Anon
P. 52
dari berbagai gejolak dan konflik-konflik masa lalu yang pahit. Sehingga
kita dimampukan untuk menemukan makna kehidupan ini dengan lebih
berhikmat dan ucapan syukur. Mazmur 118:1 berkata: “Bersyukurlah
kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih-
setiaNya”.
Jika demikian, bagaimana bentuk spiritualitas kita? Apakah spiritualitas kita
berorientasi kepada kubur kosong, tanpa pengharapan dan tanpa Kristus
yang bangkit? Apakah mempertanyakan kebangkitan Kristus secara
ilmiah? Ataukah kita lebih cenderung kepada upaya pembuktian secara
nyata kuasa kebangkitan Kristus dalam kehidupan sehari-hari di tengah-
tengah keluarga, jemaat, pekerjaan, profesi, masyarakat, dan bernegara?
Upaya pembuktian kuasa kebangkitan tersebut secara nyata, kita lebih
mengutamakan kesediaan untuk berperan dalam karya keselamatan
Allah di tengah-tengah “kematian” secara moral, etika, kejujuran,
kemurahan hati, ketulusan, kasih, dan hati-nurani. Kuasa kebangkitan
Kristus memampukan kita untuk menjadi “agen-agen perubahan”,
sehingga di mana saja kita hadir di di tengah-tengah masyarakat,
disanalah pencerahan yang membangun dan yang memulihkan dapat
terjadi. Pertanyaan para malaikat kepada para murid, yaitu: “Mengapa
kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?” (Luk. 24:5), menjadi
suatu spritualitas dalam kehidupan kita, yaitu: “Menghadirkan Kristus yang
hidup di tengah-tengah kematian dan yang tanpa pengharapan”.
BULETIN KHOTBAH MINGGU GPI PAPUA (EDISI MARET – MEI 2024) 52