Page 2 - Bahan Bacaan Materi Coaching_Neat
P. 2
BAHAN AJAR COACHING WAY OF BEING
Setelah mempelajari kerangka proses coaching
dan keterampilan kunci coaching, satu
keterampilan lagi yang perlu dikuasai untuk
melakukan coaching dengan baik, yaitu
keterampilan melakukan coaching way of being
atau dengan kata lain keterampilan tentang
bagaimana seorang coach dapat memperlakukan
coachee dengan sangat baik seperti halnya coach
ingin diperlakukan atau keterampilan
memanusiakan manusia.
Pada buku Van Nieuwerburgh (2017) dikatakan bahwa mengembangkan keterampilan ini
memerlukan waktu yang sangat lama karena dikembangkan melakukan praktik dan
refleksi. Oleh karena itu bahan ajar ini hanya bersifat membekali Bapak dan Ibu untuk lebih
memahami rambu-rambu melakukan coaching dengan memperlakukan coachee sebaik
mungkin agar secara psikologis, coachee merasa nyaman, percaya diri sehingga dapat
mengeluarkan semua potensi coachee yang dimiliki.
Salah satu psikolog, Dr. Carl Rogers yang menemukan pendekatan yang berpusat pada diri,
mengatakan bahwa:
1. orang mengenal dirinya sendiri lebih baik daripada orang lain.
2. setiap orang dapat melakukan aktualisasi diri. Mereka bertumbuh secara alami untuk
mencapai potensi optimalnya.
Oleh karena itu, beliau menyarankan bahwa peran konselor hanya sekedar menciptakan
berbagai kondisi untuk mewadahi aktualisasi diri. Kondisi ini diterjemahkan oleh Van
Nieuwerburgh (2017) bahwa dalam proses coaching diperlukan:
1. Hubungan yang baik antara coach dan
coachee
2. Coachee harus mau berubah
3. Coach harus autentik/tulus dalam interaksinya dengan coachee (tidak berpura-pura)
4. Coach dan coach harus saling menghormati. Coach berfikir positif dan optimis bahwa
coachee dapat mencapai potensinya secara
maksimal.
Dr Jim Knight (2011) menambahkan bahwa setiap interaksi coaching harus dilengkapi
dengan situasi dan kondisi yang menggambarkan prinsip potret Partnership. Prinsip
tersebut adalah kesejajaran, pilihan, dialog, praktik, suara, timbal balik dan refleksi.
1. Pada prinsip Kesejajaran/equality, coach dan coachee saling menghormati dalam posisi
yang setara, tidak seperti atasan dan bawahan atau yang satu lebih tahu dari yang lain.
Dalam proses coaching, bahkan pilihan kursi, meja yang menampilkan kesetaraan
antara coach dan coachee juga perlu diperhatikan. Tidak diperkenankan misalnya
seorang coach duduk di kursi sofa, sedangkan coachee duduk di kursi kayu.