Page 358 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 358
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Gianyar pada 3 Maret, Singaraja 5 Maret, Klungkung 6 Maret, dan
Tabanan 7 Maret. Pos-pos jaga Jepang masih dipertahankan di Negara,
Gilimanuk, pelabuhan penyeberangan ke Jawa, dan Padangbai.
Selanjutnya pada 8 Maret 1946 di Denpasar Panglima Divisi India Kelima
dari Surabaya, Jenderal Mansergh, yang mempunyai wewenang atas
wilayah Bali, menerima penyerahan dari Panglima Angkatan Perang
Jepang di Denpasar. Sejauh mungkin, kontak persahabatan diciptakan
dengan penduduk dan tidak ada penembakan kecuali sangat
41
diperlukan.
Kesan yang dapat ditangkap dari laporan di atas adalah bahwa,
Belanda sangat optimis untuk bisa menduduki kembali Pulau Bali. Sikap
optimistik dapat dibuktikan dari sebuah laporan angkatan laut Belanda
sejak Nopember 1945, yang memprediksikan bahwa apabila sejumlah
pasukan ditempatkan di tempat-tempat penting, kondisi tertib dan
aman seperti pada masa pra-perang dapat dipulihkan dalam tempo
yang singkat. Perlawanan yang dilancarkan hanyalah aktivitas segelintir
kaum ekstremis dan mereka dapat ditumpas dengan mudah melalui
penggunaan unjuk kekuatan yang sigap (machtsvertoon), yang
membuat penduduk terpukau melihat aksi Belanda. Titik-titik yang
rawan pergolakan hanya di desa-desa di mana struktur kekuasaan Bali
tidak lagi kokoh, seperti di Denpasar dan Buleleng. Akan tetapi, seperti
bisa dibuktikan, pendekatan unjuk kekuatan (machtsvertoon) ternyata
memperparah ketegangan yang ada dan mempercepat proses politisasi
dan menguatnya identitas Indonesia yang telah dimulai di bawah rezim
42
Jepang.
Persepsi bahwa orang Bali menyambut kembalinya Belanda
sama dengan keyakinan bahwa orang Jawa adalah sumber agitasi
politik di Bali. Persepsi ini dipegang Kapten Konig. Dalam instruksinya
pada Juli 1946 kepada pasukan serbu Belanda, dia menyatakan bahwa
gerakan kaum Republikan telah gagal menawan simpati rakyat Bali
karena diimpor dari Jawa. Apabila militer Belanda dapat membinasakan
para teroris Jawa, maka Bali akan cepat kembali ke suasana tertib dan
harmonis. Sementar itu, di pihak Belandan sendiri muncul pandangan
sebaliknya dari pendekatan unjuk kekuatan, yaitu pendekatan damai
demokratis. Pendekatan terakhir dianut ara ahli strategi Belanda yang
mengkhawatirkan bahwa kerusakan politik di Bali bisa menarik
43
perhatian dunia dan merusak reputasi internasional Beland. Karema
itu, L.G.G Hubertus J. van Mook secara pribadi menyurati komandan
346