Page 362 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 362

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                         Raja  A.A.  Bagus  Negara,  penguasa  swapraja  Jembrana
                         dibelokkan kearah nasionalis oleh putra-putranya yang dididik
                         di Jawa dan salah satu diantaranya menjadi pimpinan TKR di
                         daerah  itu,  sehingga  daerah  ini  tetap  tenang.  Di  Buleleng,
                         ketika diduduki pada tanggal 15 Maret 1946 terjadi aksi teroris
                         dengan  kekerasan  yang  menyebabkan  dua  orang  Cina
                         terbunuh  dan  seorang  diculik.  Di  Gianyar,  Raja  A.A.  Gde
                         Agung  melaporkan  banyak  terjadi  aktifitas  teroris  di  Ubud,
                         Peliatan  dan  Pejeng.  Raja  telah  memobilisasi  penduduk  yang
                         setia  kepadanya  untuk  mengadakan  patroli  karena  tidak  ada
                         aparat  kepolisian  yang  setia.  Pada  tanggal  4  Maret  1946
                         konsentrasi pemuda dengan beberapa senjata api di desa-desa
                         Keramas,  Bedulu  dan  Ubud.  Dalam  suatu  konflik  dua  orang
                         pemuda  terbunuh.  Di  Ubud,  seorang  anggota  PRI  bersenjata
                         ditangkap.  Dengan  aksi  pengamanan  di  Ubud  dan  Peliatan
                         maka  kedua  punggawanya  yang  terlibat  aksi  teroris  segera
                         melarikan  diri.  Ribuan  warga  dari  dua  distrik  ini  bersumpah
                         setia di sebuah Pura untuk tidak melakukan tindak kekerasan
                         kepada  Raja  dan  adat  Bali.  Pada  tanggal  11  Maret  1946,
                         pasukan kita bertindak terhadap pemuda di Singapadu. Dalam
                         konflik  ini,  seorang  pimpinan  gerombolan  dan  seorang
                         anggota  gerombolan  PRI  terbunuh.  Keduanya  dinyatakan
                         sebagai anggota teroris. Raja Dewa Agung Oka Geg, penguasa
                         pribumi di swapraja Klungkung adalah paling berani di antara
                         para  raja.  Dia  nampaknya  telah  mengendalikan  situasi  dan
                         sejak  awal  menyatakan  menentang  RI. Pada  tanggal 4 Maret
                         1946  sekelompok  pemuda  Bangli  menyerang  prajurit-prajurit
                         BKN,  penjaga  perbatasan.  Ada  beberapa  yang  terluka;
                         serangan berhasil ditolak dan para pemuda mundur ke daerah
                         Karangasem.  Namun  pada  petang  harinya,  Sedahan  Agung
                         dibunuh  dan  keesokan  harinya  punggawa  kota  Klungkung
                         telah  lenyap.  Akibatnya,  semua  bendera  dan  simbol-simbol
                         merah putih lenyap di daerah ini. Sejak peristiwa pembunuhan
                         4 Maret 1946, penguasa pribumi, Raja Bangli A.A. Gde Agung
                         tidak  pernah  menjadi  figur  yang  kuat  karena  mendapat
                         tekanan  dari  para  pemuda.  Salah  seorang  tokoh  nasionalis
                         Jawa  di  belakangnya  ialah,  Dokter  Jawa,  dr.  Soekardjo  yang
                         bertugas di  Rumah  Sakit  Jiwa  Bangli.  Di  daerah Karangasem,
                         Raja  Ida  A.A.  Anglurah  Ketut  Karangasem,  mampu



                350
   357   358   359   360   361   362   363   364   365   366   367