Page 57 - Bahan Ajar
P. 57
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele.
2. Kalimat yang padu tidak perlu menyisikan sebuah kata, contohnyandaripada atau
tentang predikat kata kerja dan objek penderita.
Sebenarnya, terdapat dua cara dalam menafsirkan kalimat :
1. Mengubah awalan me(N)-pada predikat menjadi di-
2. Menghilangkan awalan me(N)-
a) Bentuk pertama adalah bentuk lazim digunakan oleh sebagian besar masyarakat.
1. Budi mengalahkan peserta lain. (aktif)
S P O
2. Peserta lain dikalahkan (oleh) Budi. (pasif)
S P Pel
b) Bentuk kedua adalah bentuk yang jarang dikenal oleh masyarakat. Sekalipun
digunakan, bentuk ini terkadang mengalami kesalahan. Perhatikan contoh berikut :
1. Saya mengalahkan peserta lain. (aktif)
S P O
2. Peserta lain dikalahkan (oleh) saya* (pasif)
S P Pel
c) Bentuk kalimat tersebut merupakan bentuk pemasifan yang salah. Bentuk yang
tepat adalah sebagai berikut.
Peserta lain saya kalahkan. (pasif)
S P
Bentuk inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan pasif persona. Bentuk ini
hanya dapat digunakan jika subjek kalimat aktifnya berupa kata ganti orang I atau II.
Dalam contoh di atas, subjeknya adalah kata saya.
F. Kelogisan Bagian Kalimat
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
51