Page 119 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 119

Dr. Fadli Zon, M.Sc





                      Masyarakat internasional telah memberikan penilaian tegas terhadap
                 situasi krisis di Myanmar. Di dalam Sidang IPU (Inter Parliamentary Union)
                 ke-137 di St. Petersburg, Rusia, pada Oktober 2017, mereka telah mengakui
                 urgensi untuk mengatasi situasi melalui sebuah resolusi. Begitu juga
                 halnya dengan PBB, yang juga telah menerbitkan laporan dan resolusi
                 atas situasi yang terjadi di Rakhine, Myanmar. Sebagai anggota IPU, dan
                 juga PBB, mestinya parlemen negara-negara ASEAN juga memberikan
                 perhatian yang serupa atas isu tersebut.
                      Krisis  kemanusiaan  di  Rohingya  adalah  krisis  kemanusiaan  berat,
                 tidak hanya untuk Asia Tenggara, tetapi untuk komunitas global. Itu
                 sebabnya kami meminta agar AIPA tidak lagi mendiamkan masalah ini,
                 karena masa depan ASEAN sangat tergantung pada sikap anggotanya
                 dalam menyelesaikan masalah-masalah regional yang menarik perhatian
                 global. Itu posisi DPR RI dalam sidang AIPA kali ini.
                      Sebagaimana diketahui, resolusi mengenai Rohingya ini sebenarnya
                 sudah kami perjuangkan sejak Sidang Umum ke-38 AIPA di Manila, tahun
                 2017 silam, tapi terus ditolak oleh delegasi parlemen Myanmar. Karena
                 mekanisme pengambilan keputusan di AIPA menganut sistem konsensus,
                 akhirnya tak ada resolusi terkait isu tersebut. Tahun lalu, sebagai bentuk
                 protes, delegasi Indonesia akhirnya membalas dengan menolak untuk
                 membahas resolusi lain dalam bidang politik jika isu Rohingya ini tidak
                 dibicarakan. Itu sebabnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah AIPA,
                 tahun lalu tidak ada resolusi dalam bidang politik.
                      Berkaca dari pengalaman tahun lalu tersebut, maka dalam Sidang
                 AIPA kali ini, selain resolusi mengenai Rohingya, delegasi parlemen
                 Indonesia juga mengajukan draf resolusi penting lainnya, yaitu mengenai
                 amandemen Statuta AIPA. Jika mekanisme pengambilan keputusan AIPA
                 tidak segera diubah, ada banyak isu penting dan genting yang mungkin akan
                 diabaikan oleh AIPA hanya karena salah satu negara anggotanya keberatan,
                 atau tidak  menganggap  penting persoalan  tersebut. Kasus Rohingya
                 adalah contoh konkretnya. Dan kami, delegasi parlemen Indonesia, tidak
                 ingin hal semacam ini berulang. Itu sebabnya kami mendorong agar AIPA
                 mereformasi dirinya melalui amandemen statuta.






                110 KATA FADLI
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124