Page 186 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 186

Dr. Fadli Zon, M.Sc





                 pulau D ini benar-benar preseden buruk.
                      Ketiga, secara administratif penerbitan HGB pulau D juga dicurigai
                 mengandung banyak cacat. HGB ini, misalnya, diterbitkan hanya berselang
                 sehari sesudah surat ukur lahannya diberikan. Ini proses super kilat yang
                 tidak  masuk  akal.  Lalu,  sertifikat  ini  juga  diterbitkannya  oleh  Kantor
                 Pertanahan Jakarta Utara, padahal luas lahan di-HGB-kan mencapai 3,12
                 juta meter persegi.
                      Sesuai Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2/2013,
                 Kantor Pertanahan hanya bisa memberikan HGB atas tanah maksimal 20
                 ribu meter persegi. Jadi, bagaimana ceritanya sebuah kantor pertanahan
                 di level kota/kabupaten bisa memberikan HGB tanah lebih dari tiga juga
                 meter persegi?! Bahkan kanwil pertanahan di provinsi saja sesuai aturan
                 hanya bisa memberikan HGB maksimal untuk tanah seluas 150 ribu meter
                 persegi.
                      Selain itu, ketidakberesan juga bisa dilihat dari sertifikat HGB satu
                 pulau yang hanya diberikan kepada satu perusahaan pengembang saja.
                 Padahal, sesuai dengan Surat Edaran (SE) Menteri Agraria/Kepala BPN
                 No. 500-1698 tanggal 14 Juli 1997, disebutkan jika permohonan izin lokasi
                 dan hak atas tanah yang meliputi  keseluruhan dari satu pulau adalah
                 tidak diperkenankan. Nah, ini satu pulau reklamasi yang perizinannya
                 bermasalah, eh, HGB-nya diserahkan begitu saja hanya kepada satu
                 pengembang. Ini benar-benar menyakiti akal sehat masyarakat.
                      Jika pelanggaran tata ruang dilakukan oleh rakyat kecil, mereka
                 langsung berhadapan dengan polisi, tentara, dan buldoser. Tapi jika
                 pelanggaran tata ruang itu dilakukan oleh pengembang besar, mereka
                 mendapatkan permakluman, pengampunan, dan bahkan kemudian
                 mendapatkan keistimewaan. Pemerintah sedang mempraktikkan politik
                 agraria yang sangat tidak adil.
                      Di luar isu penegakkan hukum dan keadilan, saya juga menangkap
                 kesan bahwa pihak pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
                 Provinsi DKI, dalam beberapa bulan terakhir ini sebenarnya sedang
                 melakukan kejar tayang agar sebelum Oktober nanti seluruh keperluan
                 legal untuk melanjutkan kembali proyek reklamasi telah selesai.





                184 KATA FADLI
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191