Page 190 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 190
Dr. Fadli Zon, M.Sc
Ada sekitar 174 industri terkait sektor properti, sehingga jika sektor
ini lesu, maka perekonomian secara umum akan ikut lesu. Sedangkan
pembangunan infrastruktur, karena bersifat high-tech dan padat modal,
efek penggandanya lebih kecil, dan tak bisa menyerap banyak tenaga kerja.
Dalam tiga tahun terakhir kondisi sektor properti tidak bagus.
Pemerintah tak memperhatikan kondisi ini karena terlalu fokus di
infrastruktur. Pertumbuhan sektor properti, kredit konstruksi, kredit real
estate, dalam tiga tahun terakhir lesu. Hanya Kredit Pemilikan Rumah yang
mengalami akselerasi, itupun hanya untuk golongan menengah ke bawah,
karena ada program subsidi dari pemerintah.
Masalah kedua, pemerintah membangun infrastruktur pada saat
negara tak punya duit. Ini adalah persoalan besar. Dulu pemerintah Orde
Baru membangun infrastruktur pada saat negara mendapatkan windfall
profit dari oil boom awal tahun 1970-an. Negara tiba-tiba jadi punya duit
banyak dari kenaikan harga minyak, sehingga bisa membangun berbagai
proyek infrastruktur, mulai dari membangun sekolah, saluran irigasi, jalan
raya, jembatan, pelabuhan, bendungan, dan lain-lain.
Begitu juga dengan pemerintahan SBY. Mereka mengadakan
Infrastructure Summit pada Januari 2005 dan memperkenalkan MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
pada saat menikmati booming harga komoditas. Itupun anggarannya tak
jor-joran seperti pada masa pemerintahan Jokowi-JK.
INFRASTRUKTUR YANG MEMAKSA
Pada saat Jokowi naik, penghasilan negara cenderung
turun sebagai konsekuensi dari penurunan dan rendahnya
pertumbuhan ekonomi. Pada masa SBY, ekonomi bisa
tumbuh 6-7 persen. Sementara, di masa Jokowi pertumbuhan
ekonomi hanya berkisar di angka 4,5-5 persen.
Di masa Jokowi, defisit anggaran negara hampir
mencapai batas 3% yang diperbolehkan oleh UU No.
17/2003 tentang Keuangan Negara. Persoalannya, meski
penerimaan negara cenderung turun, dan defisit anggaran
188 KATA FADLI