Page 82 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 82

Volk sr aad 1918 – 1931



                                                   rancangan tersebut; dan (4) Rancangan keempat adalah peninjauan
                                                   kembali undang-undang alat pengukur yang diajukan pada 2 November
                                                   1922, dengan keputusan Volksraad menyepakati rancangan bersyarat,
                                                   yaitu mengikuti perubahan yang diajukan oleh Volksraad. 157
                                                         Pada periode ini, tidak ada usulan yang diajukan. Sementara
                                                   itu, tiga amandemen diajukan ke Volksraad. Amandemen pertama
                                                   membahas terkait tambahan anggaran umum untuk tahun 1923, dengan
                                                   ruang lingkup penetapan kenaikan jumlah subsidi dalam anggaran
                                                   sebanyak 3,000 gulden untuk Nederlandsch-Indische groep (Kelompok
                                                   Hindia-Belanda) dalam Interparlementaire Unie (Uni Antarparlemen),
                       Beberapa mosi               yang diajukan oleh Schumann, Kusumo Yudo, Bergmeijer, Cramer, dan
                        yang diajukan              Kan. Amandemen ini diterima Volksraad. Amandemen kedua adalah
                   dengan pengusul                 peninjauan kembali peraturan pemerintah yang dicatat pada bagian

                               kalangan            lain, sedangkan amandemen ketiga adalah peninjauan kembali undang-
                                                   undang alat ukur yang diajukan oleh s’ Jacobs, Rup, dan Westra dengan
                   Bumiputra, antara               status amandemen yang juga diterima Volksraad. 158
                   lain mosi tentang                     Mosi yang diajukan pada periode persidangan biasa kedua di
                         desentralisasi            tahun 1922 ini ada sebanyak 16 mosi. Mosi-mosi tersebut dicatat sesuai

                             (perluasan            abjad, antara lain: A untuk Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap
                                                   (Aneta/Kantor Berita Hindia-Belanda); B untuk Belasting (pajak) dan
                         hak pilih bagi            Bezoldiging (remunerasi); D untuk Decentralisatie (desentralisasi); P
                            Bumiputra)             untuk Pensioenen (pensiun); R untuk Rechtschool (sekolah hukum),
                                                   Regeeringsreglement (peraturan pemerintah), dan Regeeringsverklaring
                                                   (penjelasan pemerintah); S untuk Schoolgelden (uang sekolah); V untuk
                                                   Volksgezondheid (kesehatan masyarakat) dan Volksraad; dan W untuk
                                                   Wachtgeldregeling (peraturan uang tunggu). 159
                                                         Beberapa mosi yang diajukan dengan pengusul kalangan
                                                   Bumiputra, antara lain mosi tentang desentralisasi (perluasan hak pilih
                                                   bagi Bumiputra) yang diajukan oleh Dwijosewoyo sejak sidang biasa
                                                   kedua tahun 1921, dengan keputusan ditunda hingga pembahasan
                                                   pengaturan sistem pemilihan yang baru. Mosi lainnya adalah mosi
                                                   untuk tidak memindahkan sekolah hukum di Batavia ke Surabaya
                                                   yang diajukan oleh Van Gennep, Jayadiningrat, dan Ten Berge. Mosi
                                                   yang berkaitan dengan penjelasan pemerintah mengenai perlunya
                                                   penjelasan reformasi ketatanegaraan diajukan oleh Jayadiningrat,
                                                   Schumann, Waworuntu, Kan, dan s’ Jacobs sejak persidangan biasa
                                                   kedua tahun 1918 dengan keputusan pembahasannya ditunda karena


                                                   157   Ibid.
                                                   158   Ibid.
                                                   159   Ibid., hlm. 8-9



                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   77
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         A BUKU SATU DPR 100 BAB 02A CETAK.indd   77                                                               11/18/19   4:48 AM
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87