Page 84 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 84
Volk sr aad 1918 – 1931
surat permohonan yang masuk adalah Ontslag (pemecatan), yaitu
sebanyak enam surat, disusul dengan Klachten (keluhan) sebanyak
lima surat. 161
Sebagai contoh, surat permohonan yang berhubungan dengan
Ontslag (pemecatan) dikirim oleh Raden Yudo, seorang komis
pembantu dinas pos di Randublatung, tertanggal 29 April 1922. Ia
bermaksud menanyakan alasan pemecatannya sebagai pegawai
pemerintah. Surat permohonan berisi hal pemecatan lain berasal
dari Kamsir alias Sosrodimejo, tertanggal 28 Juli 1922, yang juga
menanyakan alasan pemecatannya sebagai kepala juru taksir di kantor
Persoalan bahasa pegadaian Sukaraja. Contoh surat permohonan yang berisi Klachten
yang pernah (keluhan) adalah surat dari beberapa kepala desa di Lampung yang
muncul pada mengeluhkan Asisten Residen Manggala dan surat keluhan dari Raden
awal berdirinya Haji Muhammad Rasyid di Teluk Betung, tertanggal 2 November 1922,
yang mengeluhkan Demang di Kota Buni.
162
Volksraad kembali Persoalan bahasa yang pernah muncul pada awal berdirinya
muncul dalam Volksraad kembali muncul dalam persidangan Volksraad periode ini.
persidangan Pada tahun 1922, dalam suatu sidang Volksraad, Agus Salim berpidato
Volksraad dengan menggunakan bahasa Melayu. Puluhan anggota Volksraad,
terutama mereka yang berasal dari kalangan Eropa, terkejut saat
periode ini. menyaksikan hal tersebut. Apa yang dilakukan oleh Salim membuat
geger para peserta sidang. Sebagai lembaga yang dibentuk untuk
kepentingan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda, ada semacam
aturan tak tertulis yang mewajibkan semua anggota Volksraad untuk
berbicara dalam bahasa Belanda. Agus Salim pada akhirnya ditegur oleh
Ketua Volksraad, walaupun ia tak bergeming akan teguran tersebut.
Ia beralasan bahwa sebagai anggota dewan, ia memiliki hak berbicara
dalam bahasa Melayu. Namun, Salim tidak hanya berbicara dalam
bahasa Melayu, tetapi juga mengkritik sikap pemerintah Belanda
yang tidak memedulikan rakyat jajahannya, sebagai berikut: “Apa yang
diputuskan Volksraad tidak diindahkan oleh pemerintah dan hilang
lenyap, padahal Hindia-Belanda telah menyelamatkan Negeri Belanda
dari kehancuran akibat Perang Dunia I,”. 163
Perbuatan Salim membuat gusar Bergmeijer, salah seorang
anggota Volksraad dari perwakilan Zending. Bergmeijer lalu meminta
Salim menerjemahkan kata “ekonomi” ke dalam bahasa Melayu. Ia
mengira dan berharap bahwa Salim akan menghentikan pidatonya
161 Ibid., hal. 10-14.
162 Ibid.
163 Panitia Buku Peringatan, 1996, Seratus Tahun Haji Agus Salim (Jakarta: Sinar Harapan), hlm. 69
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 79
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
A BUKU SATU DPR 100 BAB 02A CETAK.indd 79 11/18/19 4:48 AM