Page 130 - BUKU DAULAT RAKYAT FAHRI HAMZAH
P. 130

BAB IV
                                   Dr. Fadli Zon, M.Sc
                        REFORMASI PARLEMEN DI BERBAGAI NEGARA



                 tidak memerlukan perubahan konstitusi, sepanjang
                 memberikan parlemen satu dari dua kekuatan: kekuatan
                 untuk mengganti menteri atau (lebih umum) kekuatan

                 untuk memblokir undang-undang, terutama anggaran.
                 Kekuatan  konstitusional  ini  negatif-parlemen  dapat
                 melumpuhkan pemerintah, tetapi raja mempertahankan
                 kekuatan nominal untuk menunjuk kabinet. Parliamen-
                 tarisme tercapai ketika raja menyadari bahwa kabinet
                 mana pun tanpa dukungan parlementer tidak dapat
                 memerintah, dan bahwa hanya ada sedikit pilihan selain
                 mengizinkan partai untuk menunjuk pemerintah.

                   Parliamentarisme juga membutuhkan partai. Parlemen
                 yang  terus-menerus  mengubah  faksi  atau  hanya  terdiri
                 dari kumpulan orang independen, dapat mengalahkan

                 pemerintah  dalam  hal-hal  spesifik  atau  mengganti
                 menteri, tetapi tidak dapat merumuskan program atau
                 membentuk  pemerintahan  sendiri.  Hanya  partai-partai
                 yang dapat membuat parlemen lebih tahan lama, dan
                 memberikan kemampuan untuk mendikte komposisi
                 kementerian  kepada monarki. Akhir-nya,  raja harus
                 mendelegasikan kekuasaannya kepada kementerian,
                 dalam realitas maupun secara formalitas. Ia tidak dapat
                 menjalankan pemerintahan secara paralel. Dalam

                 praktiknya, raja sering menunda menyerahkan kendali





                                           123 DPR RI
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135