Page 128 - BUKU DAULAT RAKYAT FAHRI HAMZAH
P. 128
BAB IV
Dr. Fadli Zon, M.Sc
REFORMASI PARLEMEN DI BERBAGAI NEGARA
lebih atas eksekutif, negara-negara ini akan demokratis
atau mendekati demokratis. Apa yang harus dilakukan
dengan sistem politik seperti ini, yang otoriter menurut
standar, tetapi juga memasukkan unsur-unsur demokrasi
utama? Pada 1990-an, mereka yang mempelajari Timur
Tengah mencari tanda-tanda bahwa dunia Arab akan
bergabung dengan gelombang ketiga demokratisasi.
Harapan-harapan ini pupus–monarki dan republik
sama-sama tetap otoriter. Baru-baru ini, beberapa riset
menyimpulkan bahwa fitur liberalisasi yang terlihat
dalam beberapa tahun terakhir ternyata sangat sedikit,
atau bahkan turut memperkuat rezim otoriter yang ada.
Daniel Brumberg, misalnya, menemukan pada monarki
beberapa negara Arab (dan otokrasi Arab terliberalisasi
lainnya) “gradualisme dimana langkah-langkah kecilnya
tidak menawarkan jalan nyata ke depan” 66
Pengalaman monarki dengan parlemen di bagian lain
dunia, juga menunjukkan hasil yang kurang lebih sama.
Beberapa pengalaman menunjukkan keberhasilan, di
mana parlemen yang lemah menjadi kuat, dan negara-
negara mereka menjadi negara demokrasi. Di tempat
lain, pengalaman parlementer ini berakhir dengan
transisi hanya ke jenis otoritarianisme yang berbeda.
66 Daniel Brumberg, “The Trap of Liberalized Autocracy,” Journal of Democracy, Vol. 13,
No. 4 (October 2002), pp. 66-67
121 DPR RI