Page 150 - BUKU DAULAT RAKYAT FAHRI HAMZAH
P. 150
BAB IV
Dr. Fadli Zon, M.Sc
REFORMASI PARLEMEN DI BERBAGAI NEGARA
adalah “kesenjangan antara apa yang diharapkan dari
lembaga-lembaga politik dalam pemerintahan demokratis
dan apa yang mereka hadapi sebagai realitas.” Akademisi,
politisi dan media memiliki kesamaan dalam memandang
lembaga-lembaga politik beroperasi dengan kekuasaan
yang semakin terkonsentrasi di tangan beberapa gelintir
elit politik. Kekuatan politik menjadi semkakin terpusat di
Kantor Perdana Menteri dan istananya. Tentu saja kita
79
dapat merefleksikan situasi yang digambarkan Martin
tersebut dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini.
Dari mana datangnya defisit demokrasi dan mengapa?
Pertanyaan-pertanyaan ini jauh lebih sulit dijawab.
Akademisi seperti Donald Savoie menulis tentang
peningkatan kekuasaan yang ditemukan di Kantor Perdana
Menteri. Buku Jeffrey Simpson yang diberi judul dengan
tepat, The Friendly Dictatorship, menyoroti bagaimana
sistem Westminster, dengan konsentrasi kekuasaannya
pada eksekutif, telah membawa orang keluar dari politik.
Kanada mungkin juga mengalami kejatuhan menjadi
demokrasi yang makmur - warga negara yang telah
menjadi apatis. Tingkat partisipasi pemilih menurun
di seluruh negara maju beserta ketidaktertarikan pada
79 Peter Aucoin and Lori Turnbull, The Democratic Deficit: Paul Martin and Parliamentary
Reform, Canadian Public Administration / Administration Publique Du Canada Volume
46, No. 4 (Winter/ Hiver 2003), page 427-449
143 DPR RI