Page 63 - MAJALAH 167
P. 63

Sorotan





              penataan terhadap bagaimana      dipecat, DP tidak bisa ngapa-    aktor politik memiliki sudut
              pengelolaan berita yang sifatnya   ngapain,” kilahnya.            pandang atau framing yang
              bukan hanya hoaks, tetapi           Masih kata Yosep, DP tidak    berbeda dalam menyampaikan
              tendensius”. Sangat menohok ke   mempunyai kewenangan untuk       informasi.
              proses-proses misalnya fitnah soal   memaksa pemilik perusahaan      “Ini jadi tugas berat bagi
              politik, dan ini sungguh berbahaya   pers, tapi kalau wartawan berani   seluruh pihak karena wartawan
              sekali,” lanjut dia              menempuh resiko itu, DP akan     yang meliput pun juga tidak punya
                 Bahkan pemerintah mengaku     semaksimal mungkin melakukan     kewenangan dalam menyajikan
              bahwa aturan tersebut memang     advokasi. “Menjelang pileg       framing berita. Karena framing
              belum tertuang dalam tiga UU     2014 lalu, DP telah membuka      berita lebih dipengaruhi oleh
              yang mencakup media ini. Untuk   kesempatan tapi hingga kini belum   redaktur pelaksana atau pemimpin
              itu, legislator dapil DKI Jakarta III   pernah ada pengaduan. Ada   redaksi.
              ini berharap agar UU ini segera   satu pengaduan resmi, diproses     Ditambahkan, kebangkitan
              direvisi supaya dapat menjadikan   wartawannya kalah lalu memilih   internet dan teknologi informasi
              perlindungan bagi komunitas      mengundurkan diri,” jelasnya.    membawa dampak serius dan
              media ke depan.                     Ditambahkan bahwa,            langsung terhadap praktik
                 “Saya kira pemerintah ketika   kepentingan jangka panjang      demokrasi secara keseluruhan.
              kita tanya, memang mengakui      pekerjaan, masa depan dan        Di sini kita berhadapan dalam
              tidak ada. Dan kami sebagai      keluarga itu jauh lebih penting   persimpangan yang rumit karena
              anggota DPR mengakui bahwa hal   ketimbang idealisme profesi.     cabangnya banyak dan kemana
              itu perlu di-insert dalam 3 undang-  “Namun DP menilai, idealisme   harus berjalan.
              undang yang mengatur media       profesi itu juga penting. Bagaimana   “Ada ketidakseimbangan,
              agar nantinya dapat memayungi    menjaga independensi dan bisa    bangkitnya teknologi tidak selaras
              seluruh komunitas media,         dipercaya publik, kalau kita tidak   dengan kebangkitan kesadaran
              sehingga praktik penyampaian     bisa menjaga independensi news   kultural dan individual. Kebenaran
              informasi berjalan baik,”        room,” ungkap Yosep menekankan.  tidak lagi menjadi meta narasi,
              pungkasnya.                         Hal senada diungkapkan        tetapi suatu yang plural, jamak dan
                                                                   oleh pengamat politik Bonny   cenderung subyektif,” katanya.
              Tak Bisa Usut Media              Hargens yang mengungkapkan          Di tengah konteks muncul
              Partisan                         bahwa media kini menjadi sarana   media sosial sebagai medium
                 Sementara itu, Ketua Dewan    transformasi yang membedakan     menyebarnya kebohongan hoaks
              Pers Yosep Adi Prasetyo          antara abad 20 dan 21. Jika pada   dan segala macam. “Ini menjadi
              mengungkapkan bahwa Dewan        abad 20, media lebih difungsikan   tantangan serius bagi media
              Pers tidak bisa menjadi hakim    sebagai alat menyampaikan        mainstream karena lebih cepat
              dalam mengusut media yang        informasi, namun pada abad 21    pergerakannya dan persepsi
              partisan, karena Undang-Undang   media lebih difungsikan sebagai   masyarakat posisnya selalu
              (UU) tidak mengamanatkan itu.    alat untuk menyampaikan framing   menerima dan proses mencerna
                 Yang bisa dilakukan adalah    informasi. Maka tak heran jika   apa yang diterima tidak seragam,”
              dari peringatan, teguran sampai   antara media yang dimiliki oleh   pungkasnya.   MP/ES
              pada pencabutan kompetensi dan
              pembatalan verifikasi perusahaan
              persnya. Bagaimana dengan
              wartawan yang tergabung dalam
              sebuah media dimana pemiliknya
              pimpinan partai dan meminta
              semuanya anggota partai. Apakah
              akan menolak, ternyata tidak ada.
                 Dewan Pers (DP) memberi
              kesempatan kalau ada wartawan
              yang ditekan, mengadulah,
              ternyata juga tidak ada yang
              mengadu, yang ada keluh kesah.
              Dia memahami mengapa tak
              mau mengadu, karena barangkali
              masih punya cicilan mobil atau
              cicilan rumah. “ Kalau cicilan
              bukan urusan Dewan Pers.         FOTO : RUNI/IW
              Yang jelas DP buka pintu bagi
              pengaduan wartawan, tapi kalau
                                               Suasana Dialektika Demokrasi

                                                                                167 XLVIII 2018  PARLEMENTARIA 63
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68