Page 32 - MAJALAH 101
P. 32
PENGAWASAN
“Dari hasil pengembangan pemeriksaan telah ditetapkan
enam orang menjadi tersangka, yaitu Serma HMF, Praka
DM, Sertu Ir, Koptu Ey, Mayor IA, dan Pratu TM,” kata
Pangdam II Sriwijaya Mayjen TNI Nugroho Widyotomo
dalam konperensi pers di Palembang. Persidangan
menurutnya akan segera digelar di pengadilan militer.
Hal penting yang ditekankanya adalah permasalahan
ini bukan bentuk konflik pertikaian antara TNI dengan
Polri, bukan konflik institusi melainkan perselisihan
prajurit yang saling ejek. Dalam kejadian itu dipastikan
tidak ada senjata, bom molotov ataupun granat. Ia juga
menyatakan komitmen akan membantu pembangunan
kembali kantor Polres OKU.
Anggota Komisi I Achmad Daeng Sare meminta hakim
pengadilan militer memberikan hukuman tegas kepada
oknum prajurit TNI yang telah dengan sengaja merusak
aset negara. “TNIPolri harus tegas memberikan sanksi
kepada anggota yang terlibat penyerangan agar kejadian
seperti ini ke depan tidak terulang lagi, kemudian harus
diikuti dengan pembinaan mental yang intensif agar
anggota TNI tetap memegang teguh amanat reformasi,”
paparnya. Baginya apa yang dilakukan oknum prajurit Jiwa Korsa yang Tidak Biasanya
Armed telah menohok tatanan reformasi yang telah
dibangun setahap demi setahap ditubuh TNI. Ia meminta Selang 2 minggu setelah kasus OKU, kejadian yang
perlu evaluasi mendalam karena menurutnya pasti ada hampir sama juga terjadi di Lapas Cebongan, Sleman,
yang salah dengan pembinaan prajurit dari sisi mental, Jawa Tengah. 11 prajurit Kopassus dengan semangat
disiplin dan kepatuhan terhadap visi misi TNI. jiwa korsa menuntut balas kematian mantan komandan
mereka Serka Heru Santosa yang dibunuh 4 preman
“Kita di DPR tentu akan terus memantau jalannya dengan tusukan belati. Darah para prajurit muda yang
penanganan kasus ini, terus mendorong sinergi sebagian besar tamtama ini menggelegak, dengan
antara dua alat negara TNI dan Polri. DPR baik itu menenteng senjata serbu legendaris AK47 mereka
Komisi I maupun Komisi III sangat memerlukan untuk menguasai lapas yang notabene gedung negara,
memastikan kisruh bukanlah konflik institusi,” tekan melumpuhkan sipir yang sedang berjaga dan membayar
polisi dari FPPP ini. tuntas kemarahan mereka dengan mengeksekusi
ditempat 4 tersangka pembunuh yang banyak disebut
sebagai preman Yogya.
“Penyerangan yang berakibat pembunuhan 4 preman
tersebut, bermotif tindakan reaktif karena kuatnya
rasa jiwa korsa membela kehormatan kesatuan dan
mantan komandan mereka yang dibunuh,” kata Ketua
Tim Investigasi, Brigjen TNI Unggul T Yudhoyono dalam
keterangannya di Jakarta belum lama ini. Ia menyebut
salah seorang prajurit yang terlibat penyerangan di
lapas mengaku pernah diselamatkan oleh mantan
komandannya Heru Santoso.
Bagi Wakil Ketua Komisi I, TB Hasanuddin penerapan
jiwa korsa dalam kasus itu jelas salah kaprah.
Purnawirawan TNI dengan pangkat Mayor Jenderal
ini mengaku prihatin terhadap aksi premanisme yang
terjadi namun penyelesaiannya tidak bisa dengan aksi
penyerangan di institusi negara seperti lapas. “”Saya
tidak yakin ini hanya karena jiwa korsa semata, mungkin
ada hal lain, termasuk soal disiplin. Kita sepakat, preman
harus diberantas, tapi jangan melanggar hukum. Jangan
menyalahkan jiwa korsa,” tandasnya.
32 PARLEMENTARIA EDISI 101 TH. XLIII, 2013