Page 26 - MAJALAH 104
P. 26
bahwa intelektualitas seseorang terungkap. Sementara jika kasus
“Kalau secara psikis, tidak otomatis membuat orang tindak kejahatan yang dilakukan
tersebut bersikap arif terhadap anak. orangtua pada anak rumahan lebih
hampir 90 persen Artinya kalangan intelektualis yang bersifat tersembunyi, yang pada
sebenarnya tahu bahwa mereka akhirnya membuat media atau pihak
anak-anak Indonesia harus mengayomi anak-anak, malah berwenang sulit untuk mengungkap
mengalami itu seperti sebaliknya melakukan kejahatan hal itu. Contohnya pembantu rumah
tangga yang masih belia dieksploitasi
terhadap anak.
bentakan, merendahkan “Dengan kata lain, sudah tidak tembok tinggi yang tidak mungkin
karena hidup dikelilingi tembok-
martabat. Seolah-olah ada tempat yang aman untuk anak. di intervensi oleh orang luar.
hal seperti itu dianggap Di rumah sudah tidak aman, sekolah Bahkan menurut Arist, belakangan
dan lingkungan sosial juga tidak
bukan lagi kekerasan nyaman, khususnya untuk kasus ditemukan kasus kejahatan seksual
kejahatan seksual,”ujar Arist.
terhadap anak dengan modus
dalam lingkup sosial lain, menjadikan anak seolah-
budaya kita. Sedangkan Anak Rumahan Lebih Rentan olah sebagai “mucikari” atau pe-
la ku prostitusi. Seperti kasus di
kekerasan verbal hampir pada anak, justru kebanyakan korban nyumas yang saat ini sedang dalam
Dari 62 Persen kejahatan seksual Surabaya, Purwokerto atau Ba-
semua anak Indonesia merupakan anak rumahan dan anak proses persidangan. Fakta-fakta
mengalaminya,”papar baik-baik. Bahkan data Komnas membenarkan bahwa banyak anak
Perlindungan Anak, dari 21,07 juta remaja kita di eksploitasi karena
Arist Merdeka Sirait. kejahatan anak paling banyak terjadi ekonomi keluarga yang tidak mampu
di rumah, nomor dua di sekolah, sehingga dimanfaatkan oleh para
ketiga di lingkungan sosial dimana mucikari-mucikari besar.
Selebihnya merupakan pelanggaran anak itu berada. Berbeda dengan
yang bersifat psikis dan fisik. apa yang diperkirakan banyak orang Dan yang lebih menyedihkan
selama ini, bahwa anak jalanan lagi, tidak sedikit orang yang malah
“Kalau secara psikis, hampir (yang hidup di jalanan) lah yang menyalahkan anak-anak yang
90 persen anak-anak Indonesia kerap menjadi korban kejahatan menjadi korban mucikari. Padahal
mengalami itu seperti bentakan, seksual. Sebaliknya, malah anak menurut Arist, anak-anak sejak
merendahkan martabat. Seolah- jalanan yang bisa menjaga dirinya awal sudah dikorbankan, mereka
olah hal seperti itu dianggap bukan dari berbagai serangan, baik itu dikenalkan pada dunia yang belum
lagi kekerasan dalam lingkup sosial serangan seksualitas, penculikan, mereka ketahui. Anak menjadi
budaya kita. Sedangkan kekerasan dan sebagainya. korban dari gaya hidup yang di
verbal hampir semua anak Indonesia eksploitasi. Disitulah setiap kali
mengalaminya,” papar Arist Merdeka “Mereka (anak yang hidup di ada peristiwa, seolah-olah yang
Sirait. jalan) punya ketahanan terhadap membaca beritanya itu adalah
“serangan-serangan” tersebut. pelakunya. Sehingga orang-orang
Dan ironinya lanjut Arist, kekerasan Dengan kata lain self defense jadi menyalahkan korban (anak).
seksual itu justru dilakukan oleh anak jalanan lebih baik ketimbang Misalnya ya karena anak itu genit
orang-orang terdekat, seperti anak rumahan karena anak-anak atau lainnya. Padahal salah satu
orangtua kandung, paman anak rumahan tidak punya pengalaman karakteristik dunia anak adalah
tersebut, guru yang seharusnya dan tidak punya informasi tentang ceria dan selalu ingin tahu dan
memberikan perlindungan justru kapan “serangan” akan datang. ingin mencoba. Dilihat dari segi
melakukan hal tersebut. Selain Jadi ini berbanding terbalik dengan karakteristik itulah sebenarnya
pelaku-pelaku yang merupakan anggapan masyarakat bahwa anak diperlukan pendampingan dari orang
orang-orang terdekat, menurut Arist jalanan rentan terhadap kasus-kasus dewasa untuk memberi pengertian
pelaku juga merupakan kalangan seperti itu. Makanya jangan heran ke anak bahwa gaya hidup yang
intelektual (menengah atas). Bahkan jika kasus-kasus kekerasan seperti kerap dilihat dari berbagai media
ada juga oknum penegak hukum itu justru banyak terjadi dirumah dan teknologi itu sebenarnya tidak
seperti polisi dan hakim. Jadi tidak bukan dijalanan,” paparnya. sepenuhnya nyata dan bukan untuk
berlebihan jika pada tahun 2013 ditiru atau dicontoh.
kasus kejahatan terhadap anak, Dikatakan Arist, jika di jalanan
masuk ke dalam “Status Darurat memungkinkan banyak orang yang Lebih lanjut Arist mengungkapkan
Nasional”. akan lewat jalan itu, maka jika ada bahwa Anak selalu menjadi korban
orang yang akan bertindak jahat yang terpinggirkan. Tidak terkecuali
Dari data tersebut diketahui terhadap anak, pasti bisa langsung dalam hal anggaran pemerintah
26 PARLEMENTARIA EDISI 104 TH. XLIII, 2013