Page 28 - MAJALAH 104
P. 28

LAPORAN UTAMA




           Menurut  Ketua Komnas Perlin-   ini Kota atau kabupaten di Indonesia  Kementerian Negara Pemberdayaan
          dungan Anak ini, untuk bisa dika-  belum ada yang bergelar Kota Layak  Perempuan dan Perlindungan Anak
          takan kota layak anak, Indikator-  Anak, melainkan Menuju Kota Layak  yang  berkomitmen  menciptakan
          indikator tersebut harus dipenuhi  Anak.                           Kota Layak Anak.
          terlebih dahulu. Kota layak anak itu
          harus dimulai dari rumah, jadi jika   Meski demikian Arist tidak ingin   “Dari Indikator-indikator tersebut
          rumah bukan tempat aman untuk  mengatakan bahwa tidak ada peran  dapat  dievaluasi,  supaya  bisa
          anak, bahkan sekolah juga tidak  pemerintah  untuk  melindungi  terukur dalam jangka waktu 6 bulan,
          aman maka jangan harapkan kota  anak Indonesia. Namun Arist me-    setahun, dua tahun, tiga tahun atau
                                                                       l

          layak anak dapat terpenuhi. Bukan  li hat peran tersebut masih be um  hingga  masa  jabatannya  habis,”
          hanya di Jakarta tapi di kota lain  maksimal.  Artinya  belum  me-  tegas Arist.
          pun demikian. Harus ada kerangka  nunjukan  suatu  kemajuan  yang
          yang bisa diukur, kalo tidak bisa 31  dapat diukur. Ia juga mengapresiasi   Adanya status darurat nasional
          indikator ya 18, kalo tidak bisa 18 ya  langkah Gubernur DKI Jakarta, Joko  kejahatan terhadap anak, menjadi
          7. Dari sana Arist menilai bahwa saat  Widodo yang belakangan bersama  salah  satu  bukti  bahwa  sudah
                                                                             saatnyalah  Presiden  mengambil
                                                                             alih perlindungan terhadap anak
                                                                             Indonesia.  Tentu  disini  Presiden
                                                                             beserta  ibu  negara    tidak  harus
                                                                             memandikan seluruh  anak Indo-
                                                                             nesia, namun sebagai pemimpin
                                                                             Arist  meminta  bahwa  Presiden
                                                                             cukup  menggalakkan  sebuah
                                                                             kampanye anti kejahatan terhadap
                                                                             anak. Dengan cara itu, ia meyakini
                                                                             komitmen tersebut pasti akan diikuti
                                                                             oleh  para  pembantunya,  dalam
                                                                             hal  ini  menteri-menteri  beserta
                                                                             jajarannya.

                                                                               Dengan kata lain, bahwa produk
                                                                             hukum  sudah  ada,  dan  legislasi
                                                                             sudah ada, maka harus dijalankan,
                                                                             anggarannya pun harus dibuat. Dan
                                                                             yang melakukan kontrol terhadap
                                                                             kebijakan itu adalah Kementerian.
                                                                             Kementerian  Pemberdayaan  Pe-
                                                                             rem puan  dan  Perlindungan
                                                                             Anak  harus  dibuat  lebih  punya
                                                                             “gigi” lagi. Tidak sekedar sebagai
                                                                             koordinator saja. Melainkan harus
                                                                             diberikan wewenang penuh untuk
                                                                             melakukan perlindungan terhadap
                                                                             anak  Indonesia.  Anak  Indonesia
                                                                             merupakan  anak  kita  semua,
                                                                             anak  bangsa  sekaligus  sebagai
                                                                             generasi penerus bangsa. Di tangan
                                                                             merekalah nasib bangsa ini berada
                                                                             ke depannya. Oleh karena itu sudah
                                                                             saatnya  semua  bangkit  untuk
                                                                             menyelamatkan  anak  Indonesia,
                                                                             yang juga berarti menyelamatkan
                                                                             bangsa ini. (Ayu) Foto: Odjie/Parle.










          28 PARLEMENTARIA  EDISI 104 TH. XLIII, 2013
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33