Page 52 - MAJALAH 115
P. 52
rumahtangga. Sang Khalik kembali buah Harijanto untuk diolah atau hidupan perekonomian keluarga
menguji kekuatan cinta keduanya dimasakkan. Kondisi demikian sama Dina dan Harijanto merangkak naik.
lewat perbedaan jarak. Pasalnya sekali tak pernah dikeluhkan apalagi Hingga kemudian keduanya ber-
Harijanto yang seorang TNI AL ber- disesali Dina. Dina pun tidak pernah hasil membeli satu rumah utuh di
basis di Surabaya, sementara Dina menceritakan kondisinya tersebut Kawasan Gubeng, Surabaya. Dina
menetap di Ibukota. Namun Hari- kepada kedua orangtuanya di Ja- pun memboyong anak-anak hasil
janto tidak kehilangan akal. Sabtu karta. pernikahan mereka. Kurang lebih
setelah lepas dinas, dengan meng- selama sepuluh tahun keduanya
gunakan Kereta api Harijanto lang- Meski tak pernah mengadu ke- menempati rumah tersebut. Memi-
sung ke Jakarta untuk menemui pada kedua orangtuanya, namun ia liki rumah sendiri secara utuh bukan
Dina, sang isteri. Minggu malamnya tentu tak kuasa menutupi kenyataan berarti kehidupan keduanya lancar
ia sudah harus bersiap-siap kembali itu tatkala sang ayah secara tiba- tanpa kerikil.
ke Surabaya. tiba ingin mengunjungi kediaman
anak sulungnya di Surabaya. Dapat Harijanto yang seorang perwira
Untungnya hal itu tak berlang- diduga reaksi Sang Ayah setibanya menengah TNI AL diwajibkan untuk
berlayar ke berbagai daerah. Arti-
nya, tinggalah Dina bersama sang
anak di rumah. Tapi justru di saat
itulah rasa sayang Harijanto kepada
sang istri semakin bertambah.
“Sebagai seorang TNI saya ber-
layar dengan menggunakan kapal
selam yang keluar dari Pelabuhan
biasanya malam. Saat itu tidak ada
transportasi lain, selain skuter yang
saya punya. Tengah malam istri saya
mengantarkan saya ke pelabuhan.
Kemudian kapalnya berlayar, saat
matahari terbit istri saya baru kem-
bali pulang ke rumah,”cerita Hari-
janto yang ikut mendampingi sang
istri saat mengisahkan perjalanan
hidupnya kepada Parlementaria.
Dina lagi-lagi harus menjalani
long distance relationship, karena
sang suami diberikan kesempatan
sung lama, setelah gelar dokter ber- di rumah Dina. Kaget dan sangat oleh Negara untuk memperdalam
hasil diraih Dina, ia memilih untuk terharu. Namun pantang bagi Dina ilmu kedokterannya di Negara lain.
mendampingi sang suami bertugas untuk meminta belas kasihan sang Amerika, Australia, Perancis dan be-
di Surabaya. Kondisi tersebut men- ayah. Ia dan Harijanto bertekad un- berapa Negara lainnya. Tidak jarang
dorong Harijanto yang sebelumnya tuk mandiri dan tidak mengharap Dina pun mendampingi sang suami.
tinggal di Mess TNI AL mengajukan bantuan kedua orangtuanya. Seolah tidak ingin kalah dari sang
permohonan mendapatkan rumah suami, Dina pun mendapat kesem-
untuk keluarga kecilnya. Alhasil Namun, orangtua mana yang ti- patan untuk terus menimba ilmu.
Harijanto diberikan rumah yang dak sedih melihat putri satu-satunya Bagi Dina, dalam hal belajar ia ti-
sekaligus sebagai balai pengobatan hidup dengan kondisi yang bertolak dak akan pernah merasa cukup dan
di kawasan genjeran, Surabaya. belakang dari kehidupannya selama puas. Masih diingat Mahdi, ketika
ini. secara tiba-tiba sang ayah mem- Dina akan menjalani sidang guru be-
Di rumah tersebut hanya ada tem- berikan Dina sejumlah uang guna sar, di atas meja makan rumahnya
pat tidur, karpet dan soundsytem membeli kursi tamu. Karena selama sudah berderet buku-buku pelajaran
kecil. Kondisi yang sangat bertolak itu jika ada tamu, terpaksa keduan- yang pernah dibacanya. Tidak ada
belakang dari kehidupan Dina se- ya menjamu nya di lantai alias lese- satu orangpun yang boleh menyen-
lama ini. Bahkan karena tidak ada han. Masih diingat Dina, kursi rotan tuhnya. Hingga akhirnya ia terpilih
kompor dan segal perlengkapan da- menjadi barang “istimewa” pertama menjadi Guru besar bagian ilmu
pur, untuk makan sehari-hari Dina dalam rumahtangga Dina. penyakit Dalam FK UI. Sementara
membelikan bahan mentahnya sang suami setelah terpilih menjadi
yang kemudian dititipkan ke anak Dari sana, perlahan-lahan ke- Kepala RS TNI AL di Surabaya hingga
52 PARLEMENTARIA EDISI 115 TH. XLIV, 2014