Page 179 - Keadilan Agraria dan Penataan Ruang
P. 179
atau hibah, baik berbentuk tanah, rumah, maupun lahan pertanian
yang mengakibatkan kesalahpahaman (kecemburuan) di antara
mereka.
Ketidakmampuan dalam mencegah dan/atau menyelesaikan
sejumlah faktor-faktor penyebab konflik agraria tersebut, maka
mampu mempengaruhi ketercapaian pembangunan berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs), antara lain: (a) SDGs ke-1
(mengurangi kemiskinan), sengketa agraria seringkali mengakibatkan
penggusuran warga lokal dari tanah yang ditepati atau dimanfaatkan
untuk kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mengakibatkan
peningkatan kemiskinan, memperburuk kondisi ekonomi keluarga
terdampak, dan mengurangi kemampuan keluarga terdampak dalam
memenuhi kebutuhan dasar; (b) SDGs ke-2 (mengakhiri kelaparan),
tidak sedikit sengketa tanah yang melibatkan lahan pertanian. Lahan
pertanian yang diambil alih untuk proyek pembangunan tanpa
memberikan alternatif mampu menyebabkan kelangkaan pangan
di daerah tersebut, meningkatkan kerawanan pangan, dan peluang
kenaikan harga pangan; dan (c) SDGs ke-16 (perdamaian, keadilan, dan
kelembagaan yang kuat), masih adanya sengketa tanah atau agraria
mampu memicu konflik sosial yang lebih lebar, mengurangi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, dan mendorong
ketidakstabilan sosial. Hal tersebut mampu memperburuk situasi,
termasuk merusak perdamaian dan keadilan di masyarakat.
KONSEP AGRIS (AGRARIA SISTEM)
Melalui urgensi yang telah dipaparkan tersebut tentu sangat
dibutuhkan suatu gagasan inovatif dan solutif supaya mampu
menjawab permasalahan-permasalahan yang telah ada. Penulis
menyajikan gagasan inovatif dan solutif yang bertajuk “AGRIS
(Agraria Sistem): Platform Pencegahan Sengketa Agraria
Berbasis IoT dan Artificial Intelligence (AI) melalui Kolaborasi
Hexahelix untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Penamaan
AGRIS (Agraria Sistem) secara umum dimaksudkan untuk merujuk
164 Keadilan Agraria dan Penataan Ruang
untuk Mewujudkan Suistainable Development Goals