Page 241 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 241

Tabel 2 di atas). Kemudian, pertanyaan adalah mengapa kelembagaan
            agraria harus dipecah atau disektoralisasi di zaman Orde Baru jika
            dikemudian hari menimbulkan banyak masalah?
                 Untuk menjawab pertanyaan di atas tentu tidaklah mudah,
            karena jika dianalisis problem sektoralisasi kelembagaan agraria di
            Indonesia tidak hanya menyangkut urusan ekonomi tapi juga politik.
            Tetapi bukan berarti bahwa pertanyaan ini tidak dapat dicari tahu
            jawabannya. Setidaknya ada tiga komponen yang dapat menjelaskan
            atau menjawab pertanyaan tersebut, yaitu: (1) orientasi pembangunan

            politik ekonomi; (2) ketidaktuntasan muatan UUPA 1960; dan (3)
            kekhawatiran kebangkitan idiologi komunis. Ketiga komponen ini
            akan coba didiskusikan pada pembahasan di bawah.


            1.   Orientasi Pembangunan Politik Ekonomi

                 Terjadinya sektoralisme kelembagaan agraria yang dipupuk oleh 3
            (tiga) undang-undang pengelolaan agraria (UU pengaturan kehutanan,
            pertambangan dan lingkungan hidup), memiliki keterkaitan dengan
            agenda kebijakan pembangunan politik ekonomi Indonesia di
            bawah rezim Orde Baru (Soeharto). Dalam rangka menjalankan
            agenda pembangunan dan/atau menggenjot pertumbuhan ekonomi
            Indonesia, pemerintah Orde Baru lebih mengedepankan cara-cara
            pragmatis, atau dalam bahasa Gunawan Wiradi disebut dengan
            istilah by-pass approach (pendekatan jalan pintas), yaitu melakukan
            revolusi hijau tanpa Reforma Agraria. Oleh karenanya, pembangunan
            di Indonesia oleh pengamat asing disebut juga sebagai development
            without social transition. Dimana by-pass approach ini dilakukan

            sebagai upaya untuk menjalankan strategi pembangunan yang
            ditandai oleh ciri-ciri pokok berikut: mengandalkan asing, hutang, dan
            investasi dari luar negeri, serta bertumpu pada yang besar (betting on
            the strong).  Dengan kata lain, utang dan menarik investor luar negeri
                       35



                 35 Gunawan Wiradi. 2000. Reforma Agraria Perjalan yang Belum Berakhir. Yogyakarta:
            INSIST Press. Hlm. 147


            210     Kelembagaan
   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246