Page 243 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 243

mematuhi persetujuan itu, yaitu dengan menandatangani dokumen
            yang disebut Letter of Intent. Dalam dokumen ini menggambarkan
            secara jelas kebijaksanaan yang akan diterapkan untuk menstabilkan
            ekonomi. Pembuatan dan implementasi kebijakan khusus itu juga
            harus didiskusikan terlebih dahulu dengan wakil-wakil IMF.  Secara
                                                                       37
            umum kibijakan-kebijakan tersebut meliputi berbagai komponen
            berikut:

                 “1. Penghapusan atau liberalisasi pengendalian devisa dan impor; 2.
                 Devaluasi nilai tukar uang; 3. Program-program anti-inflasi dalam
                 negeri, yang mencakup: (a) pengendalian kridit bank: tingkat bunga
                 yang lebih tinggi dan barang kali persyaratan cadangan yang lebih
                 tinggi, (b) pengendalian defisit pemerintah: pengketatan belanja;
                 peningkatan pajak dan harga-harga yang dikenakan oleh perusahaan
                 pemerintah; penghapusan subsidi konsumen, (c) pengendalian
                 kenaikan upah, sepanjang ada dalam kekuasaan pemerintah, dan
                 (d) penghapusan pengendalian harga; dan 4. Sikap lebih terbuka
                 pada investasi asing.” 38

                 Dalam prakteknya, persyaratan-persyaratan sebagaimana
            disebutkan di atas bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian dalam
            kehidupan ekonomi, dan memperbaiki iklim bisnis. Hal ini adalah
            bagian dari kondisi yang cukup disukai oleh para investor asing.
            Tetapi menurut kami, kondisi ini juga dapat dikatakan sebagai bentuk
            penjajahan kelompok kapitalis dunia (negara feodal) dengan cara-cara
            baru yang tanpa disadari telah menjebak Indonesia di bawah rezim
            Orde Baru menjadi negara yang tidak otonom dalam menjalankan dan
            mengelola sumberdaya alam yang dimiliki. Akibatnya, sumber-sumber
            agraria Indonesia, khususnya tambang, menjadi objek yang diekplotasi

            secara bebas oleh para investor asing, seperti Freeport di Papua. 39


                 37 Mohtar Mas’oed. 1989. Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971. Jakarta:
            LP3ES.
                 38 Mohtar Mas’oed. Ibid. Hlm. 86
                 39 Di sini kami tidak ingin untuk mendiskusikan lebih dalam terkait ini, meskipun
            pembahasan ini cukup penting untuk menggambarkan bagaimana kebijakan ekomi
            pemerintahan Orde Baru pada saat itu, yang secara langsung juga memiliki kaitan dengan


            212     Kelembagaan
   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248