Page 271 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 271

tahun 1978. Tapi nasi sudah menjadi bubur, alias terlambat karena
            UU 1967 sudah terlanjur digunakan dan dijalankan sebagai pedoman
            pengaturan sumber-sumber agraria selain tanah oleh masing-masing
            lembaga.
                 Anehnya, meskipun rezim Orde Baru sudah tumbang setelah
            gelombang reformasi 1998, hingga kini problem sektoralisasi
            kelembagaan agraria masih tidak teratasi. Justru sebaliknya,
            kesemerawutan pengelolaan agraria di Indonesia semakin menjadi,
            dengan semakin banyaknya konflik-konflik agraria yang terjadi di

            daerah-daerah akibat tumpang tindih izin atau pun okupasi lahan
            oleh korporasi-korporasi kapitalisme baik nasional maupun global.
            Bahkan tidak jarang diantara lembaga negara pengatur agraria saling
            klaim atas tanah negara. Kondisi ini cukup memprihatinkan, karena
            rakyatlah yang menjadi korban dari kesemerawutan pengaturan itu
            dan keganasan dari korporasi-korporasi tersebut.
                 Kondisi Indonesia yang telah mengalami kemerdekaan yang
            cukup lama, bila saja dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
            lainnya terkait dengan kelembagaan agraria, Indonesia termasuk dapat
            dibilang tertinggal. Seperti telah didiskusikan sebelumnya, bahwa
            negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Filipin dan Thailan relatif
            memiliki kelembagaan agraria yang lebih maju. Dimana ketiga negara
            ini relatif sudah terlebih dahulu memiliki Kementerian yang menarik
            dan menyatukan kebijakan dan perencanaan penggunaan agraria/
            sumber daya alam dengan kebijakan lingkungan hidup.

                 Pengelolaan kelembagaan agraria di Indonesia harus dirumuskan
            dalam rangka merangkul semua komponen sumber daya agraria yang
            beraneka ragam bentuk dan jumlahnya. Untuk sampai pada sebuah
            usulan yang komprehensif dan tepat, para peneliti masih belum
            memiliki kepercayaan diri untuk secara tepat merujuk pada suatu
            bentuk kelembagaan yang tepat bagi negara kita. Sesuai dengan uraian
            yang telah disampaikan di awal pembahasan, pengalaman sejarah kita
            telah membuktikan dan memberikan pelajaran praktis atas penetapan






            240     Kelembagaan
   266   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276